Cinta Itu Sederhana
Seperti saat
kau datang membawakan payung
Ketika hujan
deras
Dan aku
hanya bisa termangu
Kau julurkan
payung itu sambil tersenyum
“Ayo, kita
pulang”
Bicara Cinta
Bicara cinta
Kepada orang
yang terlanjur membenci
Maka seluruh
pembicaraan kita
Dianggap
kebencian semua
Bicara hal –
hal paling masuk akal
Kepada orang
yang terlanjur tidak rasional
Maka seluruh
perkataan kita
Dianggap
tidak masuk akal semua
Bicara penuh
lapang dada
Kepada orang
yang sumpek
Maka seluruh
kalimat kita
Dianggap
sumpek semua
Bicara
kencang – kencang
Kepada orang
yang menutup telinganya
Maka seluruh
seruan kita dianggap angin lalu, radio bisu
Bicara
kebenaran
Kepada orang
– orang yang memiliki versi kebenaran sendiri
Maka seluruh
pembicaraan kita
Dianggap
dusta semua
Sungguh,
menjelaskan kepada orang yang
Tidak mau
dijelaskan
Sebaik
apapun cara melakukannya
Selemah
lembut apapun penuh hikmah
Tetap
mubazir, tiada guna
Selalu
begitu rumusnya
Maka jangan
habiskan waktu
Fokuslah
terus berkarya, segera melesat maju
Mata Air Perasaan
Memiliki dan
melepaskan
Berasal dari
mata air perasaan yang satu
Hanya
berbeda tujuan alirannya
Tapi
sejatinya sama
Memiliki
bahkan dalam bentuk melepaskan
Membiarkannya
terbang bahagia
Pun
melepaskan bisa selalu berarti memiliki
Memiliki
kenangan terbaik
Memiliki
cinta terbaik meski dilepaskan
Mencintai
dan membenci
Apalagi yang
satu ini, kawan
Sungguh
berasal dari air mata perasaan yang satu
Bening
sekali mata air tersebut
Tapi
kemudian berbeda alirannya karena egoisme
Padahal sejatinya
sama
Banyak orang
mencintai
Yang
kemudian jadi membenci
Dan lebih
banyak lagi orang – orang yang membenci
Namun dia
sungguh mencintai
Menyebut
namanya dalam senyap
Rindu dan
melupakan
Juga berasal
dari mata air perasaan yang satu
Mengalir
deras begitu sejuk muasalnya
Tapi
kemudian berbelok masing – masing
Sesuai
keinginan
Asalnya sih
sama saja
Bukankah
banyak kerinduan
Saat kita
hendak melupakan
Dan tidak
terbilang keinginan melupakan dalam rindu
Di dunia ini
Jika kita
duduk takzim di tepi sungai kehidupan
Kita bisa
merasakan hakikat perasaan
Dan kadang
kala
Sesuatu yang
terlihat bertolak belakang
Sejatinya
berasal dari hal yang sama
Inilah sajak
mata air perasan
Tisak
mengapa terpaksa melepaskan demi memiliki
Tergugu
cinta dalam kebencian
Pun rindu
dalam usaha melupakan
Kita manusia
Besok lusa
semoga jadi lebih baik
Apa Itu Cinta
Ketika
senyummu berada
Saat
menerima pesan dari yang tercinta
Ketika
tatapanmu beda
Saat melihat
wajah yang dirindu
Ketika
intonasi suaramu beda
Saat
berbicara dengan yang spesial
Tapi
sialannya urusan ini
Senyum itu
bisa pudar, esok lusa
Tatapan itu
bisa berubah jadi benci
Dan intonasi
suara itu bisa menjadi tak peduli
Sungguh
malang nasibnya
Kerasnya Hati
Hati itu
kadang kala ibarat batu
Dia keras
sekali
Mana mau mengalah
dan menerima
Bahkan tetap
dingin dan bergeming
Merasa lebih
abadi dibanding seisi dunia
Maka
biarkanlah tetes air mengubahnya
Satu tetes
demi satu tetes
Hingga
akhirnya berlubang sudah
Penuh
keikhlasan
Hati itu
kadang kala ibarat pohon menjulang
Mengacung,
menunjuk langit
Berdiri
lebih tinggi diatas semua yang lain
Tegak gagah
dan pongah
Merasa lebih
hebat dibanding seisi dunia
Maka
biarkanlah langit mengubahnya
Bahwa justr
betapa kecilnya pohon itu
Bukankah
kalau pohon itu mau berpikir
Dialah yang
tidak terlihat dari langit jauh sana
Bumi pun
tidak terlihat oleh langit, hanya titik debu
Apanya yang
lebih tinggi
Hati itu
kadang kala seperti besi
Dia mengeras
dibanding apapun
Mana mau
lemah atau mendengarkan
Bahkan
menatap dengan mata menyipit
Merasa lebih
tau segalanya
Maka
biarkanlah karat yang mengajarinya
Sedikit demi
sedikit
Hingga
akhirnya keropos
Entah mau
terima atau tidak
Sembuh
Ketika kita
bisa mengingat sesuatu yang menyakitkan
Dengan
detail.
Tapi tidak
terasa menyakitkan lagi
Belum Sembuh
Ketika kita
tidak bisa lagi mengingat sesuatu itu
Dengan
detail.
Tapi entah
kenapa tetap terasa sesak menyakitkan
Perkerjaan
Nak, jangan
jadi pengacara kalau kau tidak kuat
Membela yang
kaya (dan nyata – nyata salah),
Kau masuk
neraka, meski banyak uangnya.
Membela yang
miskin dan papa (nyata – nyata benar),
Musuhmu
menggunung didunia.
Dan miskin
pula kau, Bujang.
Nasib malang
profesi ini,
Sama dengan
profesi hakim, jaksa, dan sebagainya
Nak, jangan
jadi dokter kalau kau tidak tulus.
Susah payah
menimba ilmu (mahal pula)
Mengabdi ke
pedalaman, kadang hanya dibayar
Dengan
ucapan terima kasih.
Saat hendak
menuntut imbalan dan perhatian yang layak, malah disangka penuntut
Dan tidak
ikhlas, ini pun serupa dengan bidan dan petugas kesehatan
Lainnya,
mahfumnya demikian.
Nak, jangan
jadi guru kalau kau tidak tahan,
Menghabiskan
waktu berhari – hari
Mengajari
murid – murid
Saat murid –
muridnya pintar, genius, memang itulah
Tugasnya
guru. Biasa sajalah,
Saat murid –
muridnya tidak pintar, bandel, nakal, yang disalahkan gurunya
Ini pun sama
dengan perkerjaan guru mengaji, dosen, dan sebagainya
Nak, jangan
jadi polisi kalau kau tidak gagah perkasa.
Bukan gagah
fisiknya, karena itu memang harus,
Tapi gagah
hatinya.
Membela
orang yang salah (tapi berkuasa), kelak teman
Kau di
neraka banyak
Membela
orang benar ( tapi berkuasa), musuh kau di
Kantor yang
bisa jadi banyak sekali
Ini senasib
dengan perkerjaan sipir dan sejenisnya
Nak, jangan
jadi PNS kalau kau tidak mantap
Aduh, rumit
sekali
Kau kaya
disangka korup atau memang korup?
Kau jalan –
jalan di mal disangka kelayapan atau memang kelayapan?
Kau banyak
internetan disangka mailing waktu – waktu
Memang
begitu?
Belum lagi
bisik – bisik dan tatapan – tatapan
Meremehkan
lainnya
Nak, jangan
jadi karyawan atau buruh
Kalau kau
tidak sungguh – sungguh
Giat
berkerja sesuai waktu
Memang
begitulah SOP dan ketentuannya
Diperintah
dan disuruh – suruh sudah risikonya
Berkerja
tiap hari hanya membuat pemilik perusahaan
Tambah kaya
raya
Seolah
terjamin masa tua, digaji tinggi, tapi lupa
Berapa
harganya masa muda yang diberikan,
Hanya untuk
pensiun dan menerima selembar kertas
Mata bakti
dan ucapan terima kasih
Aduh, Bapak
pusing sekali harus memberitahu, kelak
Kau
sebaiknya jadi apa
Sepertinya
semua perkerjaan punya risikonya,
Semoga besok
kau tumbuh jadi anak yang kuat
Tahan
banting
Maka, apapun
profesinya, kau siap
Tetap
berdiri tegak dengan pemahaman terbaiknya
Tidak Butuh
Kita tidak
butuh berbadan besar
Untuk
memiliki jiwa besar
Kita tidak
butuh gagah perkasa
Untuk memiliki
keberanian
Kita tidak
butuh pedang ditangan
Untuk
menegakkan kebenaran
Kita tidak
butuh memiliki dunia
Untuk mulai
berbagi
Kita tidak
butuh berkuasa
Untuk mulai
membantu
Kita tidak
butuh bijaksana
Untuk mulai
saling mengingatkan
Hidup kita
boleh jadi tidak megah
Pun juga
tidak dikenal dan sohor dimana – mana
Hidup kita
boleh jadi tidak hebat, keren, menakjubkan
Pun juga
tidak elite, besar di mata orang – orang
Tapi kita
selalu bisa membuatnya spesial
Dan kita
tahu persis bahwa itu memang spesial
Kita peluk
semua keyakinan itu
Dengan
bahagia
Karena kita
telah melakukan yang terbaiknya
Bahkan orang
– orang paling bahagia didunia ini
Adalah orang
– orang biasa saja
Yang tidak
diperhatikan oleh dunia
Mereka tidak
besar, tidak kaya, tidak berkuasa
Apalagi
memegang pedang
Tapi mereka
tersenyum
Saat menutup
seluruh ceritanya
Selalu
demikian
Lepaskanlah
Saat tiba
untuk tenggelam
Maka, sebaik
apa pun niat matahari menyinari bumi
‘dia harus
mau tenggelam
Memberi
malam kesempatan
Saat tiba
waktunya untuk gugur
Maka,
seindah apapun bunga melati
Dia harus
gugur
Luruh ke
bumi menjadi tanah kembali
Ada banyak
cita – cita indah kita tidak kesampaian
Ada banyak
keinginan mulia kita tidak tergapai
Tapi tidak
mengapa, lepaskanlah
Hidup ini
tidak tahu selalu dinilai dari seberapa jauh kita
Melangkah.
Tapi juga
dari seberupa tulus kita melepaskan
Untuk
menyakini, masih ada cita – cita lain, keinginan – keinginan lain
Yang boleh
jadi lebih indah dan mulia
Esok hari
Matahari
akan terbit
Bunga melati
pun merekah lagi
Lepaskanlah
Penjara = Sekolah
Tidakkah
kita memperhatikan
Gerbangnya
terbuat dari besi
Di
gerbangnya ada penjaga
Tembok tingi
mengelilingi
Kelas –
kelasnya tetutup jeruji
Hanya
menyisakan jendela kecil
Pun pintu
yang ditutup
Dari pagi
hingga petang
Seluruh
murid konsentrasi tinggi
Belajar
laksana robot
Tidakkah
kita memperhatikan
Sekolah –
sekolah kita sudah mirip penjara hari ini
Wajah –
wajah terpenjara
Wajah –
wajah sedang belajar
Entah apa
bedanya lagi
Angka adalah
pembeda kasta
Nilai jelek
cari masalah
Menghafal
mati sudah biasa
Penuh
peraturan ujung ke ujung
Ini wajib.
Itu wajib
Terserah
“sipir” bilang apa
Lantas
dimana kesenangan belajar itu?
Ketika yang
bodoh sekalipun memperoleh senyum
Yang paling
lambat sekalipun menerima motivasi
Kepedulian
ditumbuhkan
Akhlak baik
ditanamkan
Tidakkah
kita memperhatikan
Sekolah –
sekolah kita sudah mirip penjara
Bukan hanya
fisiknya
Tapi juga
isi dalamnya
Semua diukur
secara kuantitatif
Semua
dijadikan kompetisi
Kalau
sempat, Tuan, Nyonya, tolong pikirkanlah
Masalah
Wahai
masalah dengarkan
Aku tidak
akan bosan padamu
Entah
bagaimana denganmu padaku
Kau Tidak Perlu Memaksakan Diri
Menyukaiku
Kau tidak
perlu memaksakan diri menyukaiku
Buat apa?
Kita hidup
dalam dua kehidupan yang berbeda
Setiap
manusia memiliki kehidupan masing – masing
Tidak
bertemku di satu titik kehidupan tidak masalah
Kau sungguh
tidak perlu memaksakan diri menyukaiku
Buat apa?
Karena
kalaupun kau tidak suka padaku
Itu tidak
akan mengurangi sedikit pun rasa sukaku
Padamu
Biarlah
kutelan dalam diam semua rasa itu
Hingga
potongan jawaban misteri terbesarnya tiba
Kau tidak
perlu memaksakan diri menyukaiku
Buat apa?
Ini sungguh
kisah yang berbeda
Karena
bahkan, disampaikan atau tidak disampaikan
Itu tetap
sebuah perasaan
Tidak akan
berkurang sedikut pun
Jika memang
dia sedemikian adanya
Akan ku
tunggu dengan cara terbaik
Agar seluruh
kisah ini tetap baik
Mengatur – Atur Hati Kita
Kalau kita
tidak suka melihat sesuatu
Kita bisa
menutup mata kita
Maka seusatu
itu tidak lagi terlihat
Kalau kita
tidak mau mendengar sesuatu
Kita bisa
menutup telinga kita
Maka kita
berhenti bicara padanya
Kalau kita
enggan pergi ke sebuah tempat
Kita bisa
mengunci kaki kita
Maka kita
tidak bisa akan kemana – mana
Hampir
seluruh indra kita, kemampuan fisik kita
Bisa kita
kendalikan, kita atur – atur
Tapi ada
satu yang tidak
Anugerah
terhebat yang diberikan oleh Tuhan
Hati dan
akal kita
Ketika kita
berontak ingin berhenti memikirkan sesuatu
Maka kita
tidak bisa menyuruhnya berhenti begitu saja
Dia justru
terus terngiang. Terus menyelimuti
Ketika kita
merasa bersalah, berdoa, jahat
Pun sama,
kita tidak bisa mengusirnya pergi
Secara
spontan
Dia tetap
menari – nari di hati dan akal kita
Maka sungguh
beruntung orang – orang yang paham
Yang selalu
berdamai dengan isi hati dan akalnya
Yang selalu
tenteram
Kebahagiaan
dekat sekali dengannya
Setia
Berjanjilah
kau akan setia
Saat bosan
maupun senang
Saat banyak
pilihan maupun terpaksa
Move On
Terlampau
itu adalah seperti
Seorang
atlet lari 10 km yang sedang berlatih
Saat dia
giat berlatih di suatu pagi
Tidak terasa
dia sudah lari 15 km
Itulah
terlampaui karena giatnya
Terlampaui
itu adalah laksana
Seorang
penulis yang hendak menulis satu cerpen
Saat dia
asyik menulis di suatu malam
Tidak terasa
dia sudah menulis dua cerpen
Itulah
terlampui karena asyiknya
Terlampui
itu adalah bagaikan
Seorang anak
yang disuruh memetik
Sekeranjang
buah
Saat dia
ikhlas memanjat mulai memetik
Tidak terasa
dia sudah mengumpulkan dua keranjang
Itulah
terlampui karena ikhlas
Banyak
sekali hal – hal yang bisa
Kita
kerjakan dengan baik
Bahkan lebih
dari target
Saat kita
happy melakukannya
Pun banyak
sekali hal – hal menyakitkan
Yang bisa
diakui
Bahkan lebih
dari masanya
Saat kita
enjoy melewatinya
Tidak
terpaksa, tidak terpaksa
Jelas tidak
menderita melaksanakannya
Terlampui
itu adalah seperti
Seorang
pemuda atau pemudi
Yang sedang
galau, sakit hati
Saat dia
memilih menyibukkan diri
Memperbaiki
diri
Tidak
terasa, masa – masa sedih itu
Sudah
tertinggal dibelakang
Itulah
terlampui dengan baik
Atau dalam
bahasa gaul hari ini
Itulah yang
disebut move on
Mencintai Kehidupan
Jalanan
adalah saksi bisu
Ketika
berjuta orang berlalu – lalang di atasnya
Dalam
pengapnya siang
Dalam
suramnya malam
Hujan terik,
mendung, berkabut
Menyalakan
apakah orang – orang yang melewatinya
Berwajah
bahagia atau tersiksa
Kursi, meja,
kubikel adalah saksi bisu
Ketika
berjuta orang duduk di sekitarnya
Dalam
heningnya waktu
Dalam surat
komputer yang samar
Pagi, siang,
malam
Kesibukkan
atau pura – pura sibuk
Menyaksikan
apakah orang – orang
Yang ada
didepannua
Berwajah
bahagia atau terpaksa
Apakah kita
mencintai perkerjaan kita?
Apakah kita
bahagia
Menghabiskan
waktu bersamanya?
Setiap hari
seperti kaset rekaman sama
Diputar
kembali, mulai dari jam yang sama persis
Hingga
berakhir di jam yang sama lagi
Apakah kita
mencintai profesi kita?
Apakah kita
layak menghabiskan waktu untuknya?
Senin
bertemu senin
Januari
bersua januari
Seperti
siklus mesin
Bermula dari
berakhir sama
Apakah kita
mencintai pilihan hidup kita?
Apakah kita
layak mengorbankan seluruh hidup ini untuknya?
Manusia
adalah caption Tuhan paling istimewa
Diberikan
kemampuan memilih dan memutuskan
Bukan mesin
berdesing tanpa bicara
Bukan hewan
bertahan hidup dengan buas
Bukan benda
mati teronggok bisu
Maka akan
sungguh menakjubkan saat cinta itu hadir
Dalam setiap
piluhan yang manusia tentukan
Apakah kita
mencintai kehidupan kita?
Menjalaninya
persis seperti anak kecil usia lima tahun?
Selalu riang
dan bermain?
Kitalah yang
tahu jawabannya
Foto – Foto Keren
Mendaki guung
bukanlah kebanggan, kawan
Karena kalau
kita anggap
Pendakian
gunung itu kebanggaan
Maka jangan
lupa penduduk setempat
Bahkan
setiap hari
Mencari kayu
bakar, rotan, dan sebagainya disana
Bahkan anak
– anak mereka pergi memancing
Ke danau
digunung
Berangkat
pagi, pulang sore
Mengunjungi
sebuah kota, New York. London, Paris
Juga
bukanlah prestasi
Karena kalau
melanglang buana itu
Kita anggap
prestasi
Maka jangan
lupa
Pengemis dan
gelandangan di sana
Setiap hari
mengemis dan menggelandang
Dijalanannya
Tidur di
sudut – sudut kota
Tempat kita
baru saja berpose
Lantas kita
bagikan di media sosial
Kita tidak
bicara seberapa banyak gunung yang kita
daki
Berapa
lembar foto keren yang kita peroleh
Tetapi
berapa banyak pemahaman
Yang menetap
di hati kita
Lantas menjadi
sumber inspirasi kebaikan bagi sekitar menyanyangi alam, memahami kebiasaan
Tuhan
Berhenti
bertingkah kekanakan
Itulah
hakikat pendakian tersebut
Ktia tidak
bicara
Berapa
banyak kota yang kita kunjungi
Berapa
lembar foto hebat yang kita dapatkan
Tetapi
berapa banyak pelajaran
Yang tinggal
dikepala kita
Lantas
menjadi sumber kebermanfaatan
Bagi orang
lain
Memahami
keanekaragaman dan perbedaan
Berhenti
menjadi sombong dan berlebihan
Itulah
hakikat sebuah perjalanan
Lakukanlah
perjalanan mengelilingi dunia, kawan
Kunjungi
tempat – tempat indah dan spesial
Bukan untuk
dicatat, difoto, lantas dipamerkan
Tapi simpel,
perjalanan adalah perjalnan
Dia akan
mendidik kita dengan lembut dengan banyak hal
Sakit Hati
Mungkin
Semua orang
pernah sakit hati
Juga pernah
dikecewakan
Pernah
terbentur, ditinggalkan, dikhianati
Dan berbagai
situasi sulit lainnya
Maka sungguh
beruntung
Orang –
orang yang menjadi lebih kuat, lebih tangguh
Setelah
semua kejadian tersebut
Maka sungguh
spesial
Orang –
orang yang menjadi lebih padam, lebih tegar
Melewati
seluruh situasi tersebut
Semoga itu
termasuk kita
Lupa
Lupa
Dirimu.
Padaku
Tapi tidak
diriku. Padamu
Barang Hilang
Barang
hilang, sungguh anaeh perilakunya
Semakin
dicari semakin tidak ketemu
Saat
dilupakan, diikhlaskan, malah muncul sendiri didepan mata
Masbuloh
Saya memang
masih jomblo
Terus
kenapa?
Jodoh saya
masih LDR, long distance relationship
Masih dimpan
jauh sekali besok lusa, di masa depan
Saya memang
belum menikah
Terus
kenapa?
Yang terbaik
selalu disimpan terakhir
Jagoan
selalu muncul diujung – ujung
Dan saya
akan menunggu dengan sabar
Saya memang
belum pernah punya pasangan
Terus
kenapa?
Saya memilih
memperbaiki diri
Fokus
belajar dan berkerja
Maka yang
terbaik akan datang sendiri
Saya memang
masih kondangan sendiri terus kenapa?
Besok lusa
akan tiba gilirannya
Saya percaya
dengan janji – janji terbaik
Dan – doo –
doo terbaik dari prang yang sungguh peduli
Bukan
sekedar resek sibuk bertanya
Sambil
tertawa cengengesan
Wajah sok
akrab tapi sebenarnya meremehkan
Saya memang
masih jomblo
Terus
kenapa?
Masbuloh?
Masalah buat
loh?
Jalanku Masih Panjang
Wahai
perasaan
Kau buat
pagiku jadi mendung. Soreku jadi kelam
Kau buat
siangku jadi gelap, dan malam semakin gulita
Kau buat
beberapa menit lalu aku gembira
Kemudian
bersedih hati
Wahai
perasaan
Kau buat aku
berlari ditempat
Semakin
berusaha berlari, kaki tetap tak melangkah
Kau buat aku
berteriak dalam senyap
Kau buat aku
menangis tanpa suara
Kau buat aku
tergugu entah mau apa lagi
Wahai
perasaan
Kau buat aku
seperti orang gila
Mengunjungi
sesuatu setiap saat, memastikan sesuatu
Padahal buat
apa?
Ingin tahu
ini, itu, kemudian kembali sedih
Padahal
sungguh buat apa?
Wahai
perasaan
Kau buat aku
seperti orang bingung
Semua
serbasalah
Kau buat aku
tidak selera makan, malas melakukan apapun
Memutar lagu
itu – itu saja
Mencoret –
coret buku tanpa tujuan
Muda lupa
dan ceroboh sekali
Wahai
perasaan
Cukup sudah
Kita
selesaikan sekarang juga
Karena
Jalanku
masih panjang
Aku berhak
atas petualngan yang lebih seru
Selamat
tinggal
Jalanku
sungguh masih panjang
Hujan
Hujan
Diluar
sana.....
Juga didalam
hati
Sunset
Saat senja
datang
Apakah Bumi
yang pergi meninggalkan
Atau
Matahari
Yang
mengucapkan selamat tinggal?
Saat purnama
tinggi
Apakah Bumi
yang menatap rindu
Atau
Rembulan yang menatap kangen?
Saat hujan
turun
Apakah Awan
yang berlarian tak sabar
Atau Bumi
yang menyambut riang?
Entahlah
Saat dua
sahabat lama bertemu
Siapa yang
menungu, siapa yang datang
Jika dua –
duanya berperlukan hebat
Soal dua
musuh berperang
Siapa yang
memulai
Siapa yang
mengakhiri
Jika dua –
duanya yang sama – sama binasa
Pun, saat
sebuah hubungan terputus
Siapa yang
pergi, siapa yang ditinggal
Jika dua –
duanya sama – sama terluja
Entahlah
Sungguh Kau Boleh Pergi
Sang pasti
digantikan malam
Sekeras
apapun siang terbenam
Matahari
pasti tumbang
Dan gelap
menyelimuti
Siang pasti
pergi
Dan sungguh
kau boleh pergi
Kelopak
mawar pasti rontok
Sekeras
apapun dia ingin mekar lama
Pasti tiba
masanya layu
Dan tangki –
tangki membisu
Mawar pasti
pergi
Dan sungguh
kau boleh pergi
Hujan pasti
reda
Selama
apapun dia hendak turun
Pasti tiba
masanya habis
Dan
menyisakan basah di halaman
Hujan pasti
pergi
Dan sungguh
kau boleh pergi
Maka
Apalagi
urusan perasaan
Cinta bisa
berganti benci
Percaya
memudar berganti kusam ragu
Pun komitmen
menipis berubah jadi lupa
Kau boleh
pergi
Sungguh
boleh
Tapi aku
akan tetap disni
Menyakini
bahwa
Besok pagi,
malam pun berganti siang
Mawar baru
akan merekah ulang
Dan hujan
berikutnya pasti kan datang
Kau sungguh
boleh pergi
Bukan Bicara
Cinta itu
mendengarkan, bukan bicara
Karena
setiap hari kita bisa bicara
Tanpa cinta
sedikit pun
Bicara,
bicara, dan bicara
Tapi perlu
cinta itu mendengarkan
Mendengarkan
dengan kesadaran
Mendengarkan
tanpa lelah dan bosan
Cinta itu memberi,
bukan menerima
Apakah para
pecinta butuh diterima rasa cintanya
Apakah para
pecinta berharap jawaban iya?
Sama sekali
tidak
Kita bisa
terus memberi tanpa berharap menerima
Karena
demikianlah cinta sebenarnya
Cinta itu
memahami, bukan menjelaskan
Semakin
dijelaskan, maka semakin goyah fondasinya
Tapi semakin
dipahami. Semakin dalam akarnya
Jangan
tertipu oleh kalimat – kalimat penjelasan
Karena cinta
tidak butuh penjelasan
Dia hanya
butuh dipahami
Cinta itu
perjalanan, bukan pemberhentian
Kita tidak
berhenti hanya karena menemukan cinta
Justru baru
dimulai perjalanan panjangnya
Kadang
lelah, bosan, bahkan tergoda pergi
Kadang
sakit, patah hati, bahkan dirudung susah
Tapi
perjalanan harus diteruskan
Dan terakhir
Cinta itu
adalah bersabar, bukan tergesa – gesa
Bersabar
menunggu waktu terbaiknya
Bersabar
menunggu orang paling tepat
Bersabar
dengan cara paling mulia
Dan tentu
saja
Bersabar
atas setiap skenario yang terjadi
Skenario Yang Terbaik
Engkau tahu,
duhai tetes air hujan
Kering sudah
air mata, tidur tak nyenyak,
Makan tak
enak, tersenyum penuh sandiwara
Tapi biarlah
Tuhan menyaksikan semuanya
Engkau tahu,
duhai, gemerisik angin
Kalau boleh,
ingin ku titipkan banyak hal padamu
Sampaikan
padanya sepotong kata
Tapi itu tak
bisa kulakukan
Biarlah
Tuhan melihat semuanya
Engkau tahu
duhai tokek dikejauhan
Setiap kali
kau berseru “tokek!”
Aku ingin
sekali menghitung satu untuk “iya”
Satu untuk
“tidak”, lantas berharap kau berbunyi sekali
Lagi agar
jawabannya “iya”
Dan berharap
kau berhenti jika memang sudah ”iya”
Tapi itu tak
bisa kulakukan
Biarlah
Tuhan mendengar semuanya
Engkau tahu,
duhai retakan dinding
Sungguh aku
tak tahu lagi
Berapa dalam
retaknya hati ini
Besok lusa,
mudah saja memperbaiki retakanmu
Dinding.
Tinggal ambil semen dan pasir
Tapi hatiku
entah bagaimana merekatkannya kembali
Biarlah
Tuhan menyaksikan semuanya
Wahai orang
– orang yang merindu
Maka malam
ini akan ku sampikan sebuah kabar
Gembira dari
sebuah nasihat lama
Kalian tahu,
buku – buku cinta yang indah,
Film – film romon
yang mengharukan
Puisi –
puisi yang menghanyutkan hati
Itu semua
ditulis oleh penulisnya
Maka,
biarlah, biarlah kisah perasaan kalian
Yang spesial,
ditulis langsung dari Tuhan
Percayakan pada
pemilik skenario yang terbaik
Aku Ra Popo
Terima kasih
sudah menyakitiku
Apapun yang
tidak mampu menumbangkan
Justru akan
membuatku berdiri semakin tegak
Terima kasih
sudah melupakanku
Apapun yang
tidak mampu menghapus
Justru akan
membuatku semakin diingat
Terima kasih
sudah meninggalkanku
Apapun yang
tidak mampu membuat sendirian
Justru akan
membuatku semakin ramai
Terima kasih
sudah merendahkanku
Apapun yang
tidak mampu membenamkan
Justru akan
membuatku semakin berharga
Wis Tak Kandani
Aku Ra popo
Sepasang
Bersabar itu
satu paket
Bersabar
untuk hal – hal yang menyenangkan
Pun bersabar
untuk hal – hal menyakitkan
Bersabar itu
satu pasang
Bersabar
untuk segala yang kita miliki
Pun bersabar
untuk segala yang tidak kita miliki
Bersabar itu
harus komplet
Bersabar untuk
hal – hal yang diperintahkan
Pun bersabar
untuk hal – hal yang terlarang
Bersabar itu
selalu utuh
Bersabar untuk
pergi meninggalkan kita
Pun bersabar
untuk yang datang menemui kita
Bersabar itu
senantiasa lengkap
Bersabar untuk
setiap kesulitan
Pun bersabar
untuk segenap kemudahan
Bersabar itu
paket spesial
Bersabar di
saat kurang
Pun bersabar
disaat cukup
Bersabarlah,
karena tersimpan rahasia besar di dalamnya
Dan ketahuilah
rahasia paling simpelnya
Bahwa didunai
ini mau kita bersabar atau tidak
Waktu akan
terus maju, tidak akan berhenti
Ketika kita
diuji dan dicoba
Mau kita
bersabar atau tidak
Urusan hidup
tidak peduli akan terus melesat
Maak sungguh
beruntung
Orang –
orang yang memilih bersabar
Dia akan
dibalas atas apa yang dikerjakannya
Tidak akan
tertukar