Minggu, 10 Januari 2021

Kumpulan Sajak Sungguh Kau Boleh Pergi - Tere liye

 




Cinta Itu Sederhana

Seperti saat kau datang membawakan payung

Ketika hujan deras

Dan aku hanya bisa termangu

Kau julurkan payung itu sambil tersenyum

“Ayo, kita pulang”

 

Bicara Cinta

Bicara cinta

Kepada orang yang terlanjur membenci

Maka seluruh pembicaraan kita

Dianggap kebencian semua

 

Bicara hal – hal paling masuk akal

Kepada orang yang terlanjur tidak rasional

Maka seluruh perkataan kita

Dianggap tidak masuk akal semua

 

Bicara penuh lapang dada

Kepada orang yang sumpek

Maka seluruh kalimat kita

Dianggap sumpek semua

 

Bicara kencang – kencang

Kepada orang yang menutup telinganya

Maka seluruh seruan kita dianggap angin lalu, radio bisu

 

Bicara kebenaran

Kepada orang – orang yang memiliki versi kebenaran sendiri

Maka seluruh pembicaraan kita

Dianggap dusta semua

 

Sungguh, menjelaskan kepada orang yang

Tidak mau dijelaskan

Sebaik apapun cara melakukannya

Selemah lembut apapun penuh hikmah

Tetap mubazir, tiada guna

 

Selalu begitu rumusnya

Maka jangan habiskan waktu

Fokuslah terus berkarya, segera melesat maju

 

Mata Air Perasaan

Memiliki dan melepaskan

Berasal dari mata air perasaan yang satu

Hanya berbeda tujuan alirannya

Tapi sejatinya sama

 

Memiliki bahkan dalam bentuk melepaskan

Membiarkannya terbang bahagia

Pun melepaskan bisa selalu berarti memiliki

Memiliki kenangan terbaik

Memiliki cinta terbaik meski dilepaskan

 

Mencintai dan membenci

Apalagi yang satu ini, kawan

Sungguh berasal dari air mata perasaan yang satu

Bening sekali mata air tersebut

Tapi kemudian berbeda alirannya karena egoisme

Padahal sejatinya sama

 

Banyak orang mencintai

Yang kemudian jadi membenci

Dan lebih banyak lagi orang – orang yang membenci

Namun dia sungguh mencintai

Menyebut namanya dalam senyap

 

Rindu dan melupakan

Juga berasal dari mata air perasaan yang satu

Mengalir deras begitu sejuk muasalnya

Tapi kemudian berbelok masing – masing

Sesuai keinginan

Asalnya sih sama saja

 

Bukankah banyak kerinduan

Saat kita hendak melupakan

Dan tidak terbilang keinginan melupakan dalam rindu

 

Di dunia ini

Jika kita duduk takzim di tepi sungai kehidupan

Kita bisa merasakan hakikat perasaan

Dan kadang kala

Sesuatu yang terlihat bertolak belakang

Sejatinya berasal dari hal yang sama

 

Inilah sajak mata air perasan

Tisak mengapa terpaksa melepaskan demi memiliki

Tergugu cinta dalam kebencian

Pun rindu dalam usaha melupakan

Kita manusia

Besok lusa semoga jadi lebih baik

 

Apa Itu Cinta

Ketika senyummu berada

Saat menerima pesan dari yang tercinta

 

Ketika tatapanmu beda

Saat melihat wajah yang dirindu

 

Ketika intonasi suaramu beda

Saat berbicara dengan yang spesial

 

Tapi sialannya urusan ini

Senyum itu bisa pudar, esok lusa

Tatapan itu bisa berubah jadi benci

Dan intonasi suara itu bisa menjadi tak peduli

Sungguh malang nasibnya

 

Kerasnya Hati

Hati itu kadang kala ibarat batu

Dia keras sekali

Mana mau mengalah dan menerima

Bahkan tetap dingin dan bergeming

Merasa lebih abadi dibanding seisi dunia

 

Maka biarkanlah tetes air mengubahnya

Satu tetes demi satu tetes

Hingga akhirnya berlubang sudah

Penuh keikhlasan

 

Hati itu kadang kala ibarat pohon menjulang

Mengacung, menunjuk langit

Berdiri lebih tinggi diatas semua yang lain

Tegak gagah dan pongah

Merasa lebih hebat dibanding seisi dunia

 

Maka biarkanlah langit mengubahnya

Bahwa justr betapa kecilnya pohon itu

Bukankah kalau pohon itu mau berpikir

Dialah yang tidak terlihat dari langit jauh sana

Bumi pun tidak terlihat oleh langit, hanya titik debu

Apanya yang lebih tinggi

 

Hati itu kadang kala seperti besi

Dia mengeras dibanding apapun

Mana mau lemah atau mendengarkan

Bahkan menatap dengan mata menyipit

Merasa lebih tau segalanya

 

Maka biarkanlah karat yang mengajarinya

Sedikit demi sedikit

Hingga akhirnya keropos

Entah mau terima atau tidak

 

 

Sembuh

 

Ketika kita bisa mengingat sesuatu yang menyakitkan

Dengan detail.

Tapi tidak terasa menyakitkan lagi

 

Belum Sembuh

Ketika kita tidak bisa lagi mengingat sesuatu itu

Dengan detail.

Tapi entah kenapa tetap terasa sesak menyakitkan

 

Perkerjaan

Nak, jangan jadi pengacara kalau kau tidak kuat

Membela yang kaya (dan nyata – nyata salah),

Kau masuk neraka, meski banyak uangnya.

Membela yang miskin dan papa (nyata – nyata benar),

Musuhmu menggunung didunia.

Dan miskin pula kau, Bujang.

Nasib malang profesi ini,

Sama dengan profesi hakim, jaksa, dan sebagainya

 

Nak, jangan jadi dokter kalau kau tidak tulus.

Susah payah menimba ilmu (mahal pula)

Mengabdi ke pedalaman, kadang hanya dibayar

Dengan ucapan terima kasih.

Saat hendak menuntut imbalan dan perhatian yang layak, malah disangka penuntut

Dan tidak ikhlas, ini pun serupa dengan bidan dan petugas kesehatan

Lainnya, mahfumnya demikian.

 

Nak, jangan jadi guru kalau kau tidak tahan,

Menghabiskan waktu berhari – hari

Mengajari murid – murid

Saat murid – muridnya pintar, genius, memang itulah

Tugasnya guru. Biasa sajalah,

Saat murid – muridnya tidak pintar, bandel, nakal, yang disalahkan gurunya

Ini pun sama dengan perkerjaan guru mengaji, dosen, dan sebagainya

 

Nak, jangan jadi polisi kalau kau tidak gagah perkasa.

Bukan gagah fisiknya, karena itu memang harus,

Tapi gagah hatinya.

Membela orang yang salah (tapi berkuasa), kelak teman

Kau di neraka banyak

Membela orang benar ( tapi berkuasa), musuh kau di

Kantor yang bisa jadi banyak sekali

Ini senasib dengan perkerjaan sipir dan sejenisnya

 

Nak, jangan jadi PNS kalau kau tidak mantap

Aduh, rumit sekali

Kau kaya disangka korup atau memang korup?

Kau jalan – jalan di mal disangka kelayapan atau memang kelayapan?

Kau banyak internetan disangka mailing waktu – waktu

Memang begitu?

Belum lagi bisik – bisik dan tatapan – tatapan

Meremehkan lainnya

 

Nak, jangan jadi karyawan atau buruh

Kalau kau tidak sungguh – sungguh

Giat berkerja sesuai waktu

Memang begitulah SOP dan ketentuannya

Diperintah dan disuruh – suruh sudah risikonya

Berkerja tiap hari hanya membuat pemilik perusahaan

Tambah kaya raya

Seolah terjamin masa tua, digaji tinggi, tapi lupa

Berapa harganya masa muda yang diberikan,

Hanya untuk pensiun dan menerima selembar kertas

Mata bakti dan ucapan terima kasih

 

Aduh, Bapak pusing sekali harus memberitahu, kelak

Kau sebaiknya jadi apa

Sepertinya semua perkerjaan punya risikonya,

Semoga besok kau tumbuh jadi anak yang kuat

Tahan banting

Maka, apapun profesinya, kau siap

Tetap berdiri tegak dengan pemahaman terbaiknya

 

Tidak Butuh

Kita tidak butuh berbadan besar

Untuk memiliki jiwa besar

Kita tidak butuh gagah perkasa

Untuk memiliki keberanian

Kita tidak butuh pedang ditangan

Untuk menegakkan kebenaran

 

Kita tidak butuh memiliki dunia

Untuk mulai berbagi

Kita tidak butuh berkuasa

Untuk mulai membantu

Kita tidak butuh bijaksana

Untuk mulai saling mengingatkan

 

Hidup kita boleh jadi tidak megah

Pun juga tidak dikenal dan sohor dimana – mana

Hidup kita boleh jadi tidak hebat, keren, menakjubkan

Pun juga tidak elite, besar di mata orang – orang

Tapi kita selalu bisa membuatnya spesial

Dan kita tahu persis bahwa itu memang spesial

Kita peluk semua keyakinan itu

Dengan bahagia

Karena kita telah melakukan yang terbaiknya

 

Bahkan orang – orang paling bahagia didunia ini

Adalah orang – orang biasa saja

Yang tidak diperhatikan oleh dunia

Mereka tidak besar, tidak kaya, tidak berkuasa

Apalagi memegang pedang

Tapi mereka tersenyum

Saat menutup seluruh ceritanya

Selalu demikian

 

Lepaskanlah

Saat tiba untuk tenggelam

Maka, sebaik apa pun niat matahari menyinari bumi

‘dia harus mau tenggelam

Memberi malam kesempatan

 

Saat tiba waktunya untuk gugur

Maka, seindah apapun bunga melati

Dia harus gugur

Luruh ke bumi menjadi tanah kembali

 

Ada banyak cita – cita indah kita tidak kesampaian

Ada banyak keinginan mulia kita tidak tergapai

Tapi tidak mengapa, lepaskanlah

 

Hidup ini tidak tahu selalu dinilai dari seberapa jauh kita

Melangkah.

Tapi juga dari seberupa tulus kita melepaskan

Untuk menyakini, masih ada cita – cita lain, keinginan – keinginan lain

Yang boleh jadi lebih indah dan mulia

 

Esok hari

Matahari akan terbit

Bunga melati pun merekah lagi

 

Lepaskanlah

 

Penjara = Sekolah

Tidakkah kita memperhatikan

Gerbangnya terbuat dari besi

Di gerbangnya ada penjaga

Tembok tingi mengelilingi

 

Kelas – kelasnya tetutup jeruji

Hanya menyisakan jendela kecil

Pun pintu yang ditutup

Dari pagi hingga petang

Seluruh murid konsentrasi tinggi

Belajar laksana robot

 

Tidakkah kita memperhatikan

Sekolah – sekolah kita sudah mirip penjara hari ini

Wajah – wajah terpenjara

Wajah – wajah sedang belajar

Entah apa bedanya lagi

 

Angka adalah pembeda kasta

Nilai jelek cari masalah

Menghafal mati sudah biasa

Penuh peraturan ujung ke ujung

Ini wajib. Itu wajib

Terserah “sipir” bilang apa

 

Lantas dimana kesenangan belajar itu?

Ketika yang bodoh sekalipun memperoleh senyum

Yang paling lambat sekalipun menerima motivasi

Kepedulian ditumbuhkan

Akhlak baik ditanamkan

 

Tidakkah kita memperhatikan

Sekolah – sekolah kita sudah mirip penjara

Bukan hanya fisiknya

Tapi juga isi dalamnya

Semua diukur secara kuantitatif

Semua dijadikan kompetisi

Kalau sempat, Tuan, Nyonya, tolong pikirkanlah

 

Masalah

Wahai masalah dengarkan

Aku tidak akan bosan padamu

Entah bagaimana denganmu padaku

 

Kau Tidak Perlu Memaksakan Diri Menyukaiku

Kau tidak perlu memaksakan diri menyukaiku

Buat apa?

Kita hidup dalam dua kehidupan yang berbeda

Setiap manusia memiliki kehidupan masing – masing

Tidak bertemku di satu titik kehidupan tidak masalah

 

Kau sungguh tidak perlu memaksakan diri menyukaiku

Buat apa?

Karena kalaupun kau tidak suka padaku

Itu tidak akan mengurangi sedikit pun rasa sukaku

Padamu

Biarlah kutelan dalam diam semua rasa itu

Hingga potongan jawaban misteri terbesarnya tiba

 

Kau tidak perlu memaksakan diri menyukaiku

Buat apa?

Ini sungguh kisah yang berbeda

Karena bahkan, disampaikan atau tidak disampaikan

Itu tetap sebuah perasaan

Tidak akan berkurang sedikut pun

Jika memang dia sedemikian adanya

Akan ku tunggu dengan cara terbaik

Agar seluruh kisah ini tetap baik

 

Mengatur – Atur Hati Kita

Kalau kita tidak suka melihat sesuatu

Kita bisa menutup mata kita

Maka seusatu itu tidak lagi terlihat

 

Kalau kita tidak mau mendengar sesuatu

Kita bisa menutup telinga kita

Maka kita berhenti bicara padanya

 

Kalau kita enggan pergi ke sebuah tempat

Kita bisa mengunci kaki kita

Maka kita tidak bisa akan kemana – mana

 

Hampir seluruh indra kita, kemampuan fisik kita

Bisa kita kendalikan, kita atur – atur

 

Tapi ada satu yang tidak

Anugerah terhebat yang diberikan oleh Tuhan

Hati dan akal kita

 

Ketika kita berontak ingin berhenti memikirkan sesuatu

Maka kita tidak bisa menyuruhnya berhenti begitu saja

Dia justru terus terngiang. Terus menyelimuti

 

Ketika kita merasa bersalah, berdoa, jahat

Pun sama, kita tidak bisa mengusirnya pergi

Secara spontan

Dia tetap menari – nari di hati dan akal kita

 

Maka sungguh beruntung orang – orang yang paham

Yang selalu berdamai dengan isi hati dan akalnya

Yang selalu tenteram

Kebahagiaan dekat sekali dengannya

 

Setia

Berjanjilah kau akan setia

Saat bosan maupun senang

Saat banyak pilihan maupun terpaksa

 

Move On

Terlampau itu adalah seperti

Seorang atlet lari 10 km yang sedang berlatih

Saat dia giat berlatih di suatu pagi

Tidak terasa dia sudah lari 15 km

Itulah terlampaui karena giatnya

 

Terlampaui itu adalah laksana

Seorang penulis yang hendak menulis satu cerpen

Saat dia asyik menulis di suatu malam

Tidak terasa dia sudah menulis dua cerpen

Itulah terlampui karena asyiknya

 

Terlampui itu adalah bagaikan

Seorang anak yang disuruh memetik

Sekeranjang buah

Saat dia ikhlas memanjat mulai memetik

Tidak terasa dia sudah mengumpulkan dua keranjang

Itulah terlampui karena ikhlas

 

Banyak sekali hal – hal yang bisa

Kita kerjakan dengan baik

Bahkan lebih dari target

Saat kita happy melakukannya

Pun banyak sekali hal – hal menyakitkan

Yang bisa diakui

Bahkan lebih dari masanya

Saat kita enjoy melewatinya

Tidak terpaksa, tidak terpaksa

Jelas tidak menderita melaksanakannya

 

Terlampui itu adalah seperti

Seorang pemuda atau pemudi

Yang sedang galau, sakit hati

Saat dia memilih menyibukkan diri

Memperbaiki diri

Tidak terasa, masa – masa sedih itu

Sudah tertinggal dibelakang

Itulah terlampui dengan baik

Atau dalam bahasa gaul hari ini

Itulah yang disebut move on

 

Mencintai Kehidupan

Jalanan adalah saksi bisu

Ketika berjuta orang berlalu – lalang di atasnya

Dalam pengapnya siang

Dalam suramnya malam

Hujan terik, mendung, berkabut

Menyalakan apakah orang – orang yang melewatinya

Berwajah bahagia atau tersiksa

 

Kursi, meja, kubikel adalah saksi bisu

Ketika berjuta orang duduk di sekitarnya

Dalam heningnya waktu

Dalam surat komputer yang samar

Pagi, siang, malam

Kesibukkan atau pura – pura sibuk

Menyaksikan apakah orang – orang

Yang ada didepannua

Berwajah bahagia atau terpaksa

 

Apakah kita mencintai perkerjaan kita?

Apakah kita bahagia

Menghabiskan waktu bersamanya?

Setiap hari seperti kaset rekaman sama

Diputar kembali, mulai dari jam yang sama persis

Hingga berakhir di jam yang sama lagi

 

Apakah kita mencintai profesi kita?

Apakah kita layak menghabiskan waktu untuknya?

Senin bertemu senin

Januari bersua januari

Seperti siklus mesin

Bermula dari berakhir sama

Apakah kita mencintai pilihan hidup kita?

Apakah kita layak mengorbankan seluruh hidup ini untuknya?

 

Manusia adalah caption Tuhan paling istimewa

Diberikan kemampuan memilih dan memutuskan

Bukan mesin berdesing tanpa bicara

Bukan hewan bertahan hidup dengan buas

Bukan benda mati teronggok bisu

Maka akan sungguh menakjubkan saat cinta itu hadir

Dalam setiap piluhan yang manusia tentukan

 

Apakah kita mencintai kehidupan kita?

Menjalaninya persis seperti anak kecil usia lima tahun?

Selalu riang dan bermain?

Kitalah yang tahu jawabannya

 

Foto – Foto Keren

Mendaki guung bukanlah kebanggan, kawan

Karena kalau kita anggap

Pendakian gunung itu kebanggaan

Maka jangan lupa penduduk setempat

Bahkan setiap hari

Mencari kayu bakar, rotan, dan sebagainya disana

Bahkan anak – anak mereka pergi memancing

Ke danau digunung

Berangkat pagi, pulang sore

 

Mengunjungi sebuah kota, New York. London, Paris

Juga bukanlah prestasi

Karena kalau melanglang buana itu

Kita anggap prestasi

Maka jangan lupa

Pengemis dan gelandangan di sana

Setiap hari mengemis dan menggelandang

Dijalanannya

Tidur di sudut – sudut kota

Tempat kita baru saja berpose

Lantas kita bagikan di media sosial

 

Kita tidak bicara seberapa banyak gunung  yang kita daki

Berapa lembar foto keren yang kita peroleh

Tetapi berapa banyak pemahaman

Yang menetap di hati kita

Lantas menjadi sumber inspirasi kebaikan bagi sekitar menyanyangi alam, memahami kebiasaan Tuhan

Berhenti bertingkah kekanakan

Itulah hakikat pendakian tersebut

 

Ktia tidak bicara

Berapa banyak kota yang kita kunjungi

Berapa lembar foto hebat yang kita dapatkan

Tetapi berapa banyak pelajaran

Yang tinggal dikepala kita

Lantas menjadi sumber kebermanfaatan

Bagi orang lain

Memahami keanekaragaman dan perbedaan

Berhenti menjadi sombong dan berlebihan

Itulah hakikat sebuah perjalanan

 

Lakukanlah perjalanan mengelilingi dunia, kawan

Kunjungi tempat – tempat indah dan spesial

Bukan untuk dicatat, difoto, lantas dipamerkan

Tapi simpel, perjalanan adalah perjalnan

Dia akan mendidik kita dengan lembut dengan banyak hal

 

Sakit Hati

Mungkin

Semua orang pernah sakit hati

Juga pernah dikecewakan

Pernah terbentur, ditinggalkan, dikhianati

Dan berbagai situasi sulit lainnya

 

Maka sungguh beruntung

Orang – orang yang menjadi lebih kuat, lebih tangguh

Setelah semua kejadian tersebut

 

Maka sungguh spesial

Orang – orang yang menjadi lebih padam, lebih tegar

Melewati seluruh situasi tersebut

 

Semoga itu termasuk kita

 

Lupa

Lupa

Dirimu. Padaku

Tapi tidak diriku. Padamu

Barang Hilang

Barang hilang, sungguh anaeh perilakunya

Semakin dicari semakin tidak ketemu

Saat dilupakan, diikhlaskan, malah muncul sendiri didepan mata

 

Masbuloh

Saya memang masih jomblo

Terus kenapa?

Jodoh saya masih LDR, long distance relationship

Masih dimpan jauh sekali besok lusa, di masa depan

 

Saya memang belum menikah

Terus kenapa?

Yang terbaik selalu disimpan terakhir

Jagoan selalu muncul diujung – ujung

Dan saya akan menunggu dengan sabar

 

Saya memang belum pernah punya pasangan

Terus kenapa?

Saya memilih memperbaiki diri

Fokus belajar dan berkerja

Maka yang terbaik akan datang sendiri

 

Saya memang masih kondangan sendiri terus kenapa?

Besok lusa akan tiba gilirannya

Saya percaya dengan janji – janji terbaik

Dan – doo – doo terbaik dari prang yang sungguh peduli

Bukan sekedar resek sibuk bertanya

Sambil tertawa cengengesan

Wajah sok akrab tapi sebenarnya meremehkan

 

Saya memang masih jomblo

Terus kenapa?

Masbuloh?

Masalah buat loh?

 

Jalanku Masih Panjang

Wahai perasaan

Kau buat pagiku jadi mendung. Soreku jadi kelam

Kau buat siangku jadi gelap, dan malam semakin gulita

Kau buat beberapa menit lalu aku gembira

Kemudian bersedih hati

 

Wahai perasaan

Kau buat aku berlari ditempat

Semakin berusaha berlari, kaki tetap tak melangkah

Kau buat aku berteriak dalam senyap

Kau buat aku menangis tanpa suara

Kau buat aku tergugu entah mau apa lagi

 

Wahai perasaan

Kau buat aku seperti orang gila

Mengunjungi sesuatu setiap saat, memastikan sesuatu

Padahal buat apa?

Ingin tahu ini, itu, kemudian kembali sedih

Padahal sungguh buat apa?

 

Wahai perasaan

Kau buat aku seperti orang bingung

Semua serbasalah

Kau buat aku tidak selera makan, malas melakukan apapun

Memutar lagu itu – itu saja

Mencoret – coret buku tanpa tujuan

Muda lupa dan ceroboh sekali

 

Wahai perasaan

Cukup sudah

Kita selesaikan sekarang juga

Karena

Jalanku masih panjang

Aku berhak atas petualngan yang lebih seru

 

Selamat tinggal

Jalanku sungguh masih panjang

 

Hujan

Hujan

Diluar sana.....

Juga didalam hati

 

Sunset

Saat senja datang

Apakah Bumi yang pergi meninggalkan

Atau Matahari

Yang mengucapkan selamat tinggal?

 

Saat purnama tinggi

Apakah Bumi yang menatap rindu

Atau Rembulan yang menatap kangen?

Saat hujan turun

Apakah Awan yang berlarian tak sabar

Atau Bumi yang menyambut riang?

 

Entahlah

Saat dua sahabat lama bertemu

Siapa yang menungu, siapa yang datang

Jika dua – duanya berperlukan hebat

 

Soal dua musuh berperang

Siapa yang memulai

Siapa yang mengakhiri

Jika dua – duanya yang sama – sama binasa

 

Pun, saat sebuah hubungan terputus

Siapa yang pergi, siapa yang ditinggal

Jika dua – duanya sama – sama terluja

 

Entahlah

 

Sungguh Kau Boleh Pergi

Sang pasti digantikan malam

Sekeras apapun siang terbenam

Matahari pasti tumbang

Dan gelap menyelimuti

Siang pasti pergi

Dan sungguh kau boleh pergi

 

Kelopak mawar pasti rontok

Sekeras apapun dia ingin mekar lama

Pasti tiba masanya layu

Dan tangki – tangki membisu

Mawar pasti pergi

Dan sungguh kau boleh pergi

 

Hujan pasti reda

Selama apapun dia hendak turun

Pasti tiba masanya habis

Dan menyisakan basah di halaman

Hujan pasti pergi

Dan sungguh kau boleh pergi

 

Maka

Apalagi urusan perasaan

Cinta bisa berganti benci

Percaya memudar berganti kusam ragu

Pun komitmen menipis berubah jadi lupa

Kau boleh pergi

Sungguh boleh

 

Tapi aku akan tetap disni

Menyakini bahwa

Besok pagi, malam pun berganti siang

Mawar baru akan merekah ulang

Dan hujan berikutnya pasti kan datang

 

Kau sungguh boleh pergi

 

Bukan Bicara

Cinta itu mendengarkan, bukan bicara

Karena setiap hari kita bisa bicara

Tanpa cinta sedikit pun

Bicara, bicara, dan bicara

Tapi perlu cinta itu mendengarkan

Mendengarkan dengan kesadaran

Mendengarkan tanpa lelah dan bosan

 

Cinta itu memberi, bukan menerima

Apakah para pecinta butuh diterima rasa cintanya

Apakah para pecinta berharap jawaban iya?

Sama sekali tidak

Kita bisa terus memberi tanpa berharap menerima

Karena demikianlah cinta sebenarnya

 

Cinta itu memahami, bukan menjelaskan

Semakin dijelaskan, maka semakin goyah fondasinya

Tapi semakin dipahami. Semakin dalam akarnya

Jangan tertipu oleh kalimat – kalimat penjelasan

Karena cinta tidak butuh penjelasan

Dia hanya butuh dipahami

 

Cinta itu perjalanan, bukan pemberhentian

Kita tidak berhenti hanya karena menemukan cinta

Justru baru dimulai perjalanan panjangnya

Kadang lelah, bosan, bahkan tergoda pergi

Kadang sakit, patah hati, bahkan dirudung susah

Tapi perjalanan harus diteruskan

 

Dan terakhir

Cinta itu adalah bersabar, bukan tergesa – gesa

Bersabar menunggu waktu terbaiknya

Bersabar menunggu orang paling tepat

Bersabar dengan cara paling mulia

Dan tentu saja

Bersabar atas setiap skenario yang terjadi

 

Skenario Yang Terbaik

Engkau tahu, duhai tetes air hujan

Kering sudah air mata, tidur tak nyenyak,

Makan tak enak, tersenyum penuh sandiwara

Tapi biarlah Tuhan menyaksikan semuanya

 

Engkau tahu, duhai, gemerisik angin

Kalau boleh, ingin ku titipkan banyak hal padamu

Sampaikan padanya sepotong kata

Tapi itu tak bisa kulakukan

Biarlah Tuhan melihat semuanya

 

Engkau tahu duhai tokek dikejauhan

Setiap kali kau berseru “tokek!”

Aku ingin sekali menghitung satu untuk “iya”

Satu untuk “tidak”, lantas berharap kau berbunyi sekali

Lagi agar jawabannya “iya”

Dan berharap kau berhenti jika memang sudah ”iya”

Tapi itu tak bisa kulakukan

Biarlah Tuhan mendengar semuanya

 

Engkau tahu, duhai retakan dinding

Sungguh aku tak tahu lagi

Berapa dalam retaknya hati ini

Besok lusa, mudah saja memperbaiki retakanmu

Dinding. Tinggal ambil semen dan pasir

Tapi hatiku entah bagaimana merekatkannya kembali

Biarlah Tuhan menyaksikan semuanya

 

Wahai orang – orang yang merindu

Maka malam ini akan ku sampikan sebuah kabar

Gembira dari sebuah nasihat lama

Kalian tahu, buku – buku cinta yang indah,

Film – film romon yang mengharukan

Puisi – puisi yang menghanyutkan hati

Itu semua ditulis oleh penulisnya

Maka, biarlah, biarlah kisah perasaan kalian

Yang spesial, ditulis langsung dari Tuhan

Percayakan pada pemilik skenario yang terbaik

 

Aku Ra Popo

Terima kasih sudah menyakitiku

Apapun yang tidak mampu menumbangkan

Justru akan membuatku berdiri semakin tegak

 

Terima kasih sudah melupakanku

Apapun yang tidak mampu menghapus

Justru akan membuatku semakin diingat

 

Terima kasih sudah meninggalkanku

Apapun yang tidak mampu membuat sendirian

Justru akan membuatku semakin ramai

 

Terima kasih sudah merendahkanku

Apapun yang tidak mampu membenamkan

Justru akan membuatku semakin berharga

 

Wis Tak Kandani

Aku Ra popo

 

Sepasang

Bersabar itu satu paket

Bersabar untuk hal – hal yang menyenangkan

Pun bersabar untuk hal – hal menyakitkan

 

Bersabar itu satu pasang

Bersabar untuk segala yang kita miliki

Pun bersabar untuk segala yang tidak kita miliki

 

Bersabar itu harus komplet

Bersabar untuk hal – hal yang diperintahkan

Pun bersabar untuk hal – hal yang terlarang

 

Bersabar itu selalu utuh

Bersabar untuk pergi meninggalkan kita

Pun bersabar untuk yang datang menemui kita

 

Bersabar itu senantiasa lengkap

Bersabar untuk setiap kesulitan

Pun bersabar untuk segenap kemudahan

 

Bersabar itu paket spesial

Bersabar di saat kurang

Pun bersabar disaat cukup

 

Bersabarlah, karena tersimpan rahasia besar di dalamnya

 

Dan ketahuilah rahasia paling simpelnya

Bahwa didunai ini mau kita bersabar atau tidak

Waktu akan terus maju, tidak akan berhenti

Ketika kita diuji dan dicoba

Mau kita bersabar atau tidak

Urusan hidup tidak peduli akan terus melesat

Maak sungguh beruntung

Orang – orang yang memilih bersabar

Dia akan dibalas atas apa yang dikerjakannya

Tidak akan tertukar