Minggu, 25 Februari 2018

Novel Digital Fortress



Sexton adalah senator dan putrinya bernama Rachel, Sexton mengatakan bahwa presiden tidak dapat menyatarakan gaji upah wanita dan memunculkan kesenjangan diduga Sexton menggantikan posisi senatornya Rachel. Delta one memeriksa sebuah bangunan di atas dataran tandus informasi itu sangat berguna dan banyak nyawa melayang. Rachel membenci ayahnya karena meninggalkan ibunya dan berselingkuh dengan tetangganya. Rachel di undang untuk ke Nro kantor itu canggih dengan alat penyusupan eletronik untuk menyadap, satelit pengintai, penanaman chip dalam alat telekomunikasi, jaringan pedenteksi maritim global atau classic wizard sebuah jaringan rahasia 1.456 hydro phone yang di tanam di dasar laut di seluruh dunia, mampu memantau pergerakan kapal di manapun teknologi Nro bukan hanya memenangkan konflik militer tapi juga memberikan data damai kepada badan seperti CIA, NSA, Departemen Pertahanan, menumpas teroris, menemukan perusak lingkungan memberikan data yang di butuhkan pembuat kebijakan untuk membuat keputusan mengenai berbagai hal

Rachel berkerja sebagai gister bertugas membuat intisari atau pengurangan data dengan menganalisis laporan yang rumit dan meringkas menjadi laporan satu halaman sekarang Rachel menjadi gister kepala dan bertugas penghubung intilejen ke gedung putih memilah laporan intilejen harian Nro, memutuskan laporan relevan dengan presiden menjadi satu halaman dan meneruskan ke panesihat presiden untuk bidang keamanan nasional. William Pickering bos Rachel dengan sebutan quacker. 

Rachel di bawa polisi untuk menemui presiden ke Walops Island tempat NASA pertama kali meluncurkan roket. Sexton beranggapan bahwa presiden menghabiskan banyak anggaran untuk memberikan dana untuk NASA sementara itu malah menelantarkan anak2 sekolah. Rachel menemui Zach Herney di pulau Wallops, presiden begitu terlihat santai padahal akan di adakan pemilu presiden

Earth Observation System adalah proyek NASA yang terdiri atas sekumpulan satelit yang di rancang untuk melihat bumi dari ruang angkasa dan menganalisis lingkungan seperti penipisan ozon, es kutub yang mencair, pemanasan global dan penggundulan hutan tropis tujuannya memberikan data makro yang belum pernah ada kepada para ahli lingkungan sehingga membuat perencanaan yang lebih baik bagi masa depan tetapi proyek Eos gagal tapi di bangun dengan dana yang besar. Zach Herney mendapatkan getahnya dia menggunakan dukungan dari lobi lingkungan hidup agar kongres mengucurkan dana 1,4 miliar dolar bagi proyek Eos tetapi justru Eos membuat kehancuran seperti kegagalan peluncuran satelit, komputer tidak berfungsi, konferensi pers NASA yang curam.

Sextonlah yang berbangga hati karena mengingatkan bahwa presiden banyak mengeluarkan dana untuk Eos. Beberapa teknologi NASA yang paling canggih, seperti lensa beresolusi tinggi untuk teleskop satelit, sistem komunikasi jarak jauh, dan peralatan pencitraan radio, malah muncul di gudang senjata intelijen negara-negara musuh dan digunakan untuk balik memata-matai Amerika. U.S. DELTA FORCE adalah satu-satunya satuan tempur yang dalam kegiatannya mendapat jaminan kekebalan hukum yang lengkap dari lembaga kepresidenan. Presidential Decision Directive 25 (PDD 25) memberikan "kebebasan dari segala pertanggungjawaban hukum" kepada semua pasukan Delta Force, termasuk pengecualian dari 1.876 Posse Comiatus Act, sebuah undang - undang yang menghukum siapa saja yang menggunakan kekuatan militer, penegakan hukum daerah, atau operasi tersembunyi tanpa izin untuk kepentingan pribadi. Anggota Delta Force merupakan pasukan terpilih dari Combat Applications Group (CAG), sebuah organisasi rahasia dalam Special Operations Command yang berpangkalan di Fort Bragg, North Carolina. Pasukan Delta Force adalah para pembunuh yang terlatih. Mereka ahli dalam operasi - operasi SWAT, penyelamatan sandera, penyerangan mendadak, dan penghancuran kekuatan lawan yang tersembunyi

Karena misi - misi Delta Force biasanya menyangkut operasi yang sangat rahasia, maka rantai komando tradisional yang multi lapisan sering tidak di gunakan, di gantikan dengan sistem "Monocaput" di mana hanya satu orang yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan unit yang di anggapnya tepat. Pengendali itu cenderung berasal dari militer atau tokoh penting pemerintahan yang memiliki kedudukan atau pengaruh yang cukup untuk menjalankan misi tersebut. Siapa pun pengendali misi mereka, misi-misi Delta Force adalah misi rahasia tingkat tinggi, dan begitu sebuah misi selesai, pasukan Delta Force tidak pernah membicarakannya lagi baik dengan sesamanya maupun dengan komandan mereka di Special Operations Command

Saat konferensi Senator itu mengatakan istrinya meninggal dunia karena kecelakaan mobil mengelabui orang2 dan menggunakan kekayaan istrinya untuk dukungan partainya dan memberikan dana sebagai belas kasihan karena istrinya meninggal. Di bawah pegunungan Greenland ada ceruk. Ceruk yang dalam dan panjang dengan lebar masing tiga puluh yard. Ceruk - ceruk itu terisi air yang membeku, membentuk tiga saluran air berwarna keperakan yang terbentang sejajar membelah dataran itu. Pinggiran berwarna putih di antara ceruk - ceruk itu adalah gundukan salju yang membentuk tanggul. Milne Ice Shelf merupakan dataran es terapung yang terbesar di Kutub Utara terletak di atas delapan puluh dua derajat lintang utara di pantai utara Pulau Ellesmere di Arktika, Milne Ice Shelf memiliki lebar empat mil dengan ketebalan lebih dari tiga ratus kaki. "Eos adalah konstelasi lima satelit NASA yang mengawasi bumi dalam berbagai cara, seperti pemetaan samudra, analisa geologi bawah tanah, observasi pencairan es, pencarian tempat persediaan bahan bakar fosil

Satelit terbaru Eos adalah Pods (Polar Orbiting Density Scanner) di rancang untuk mengukur dampak pemanasan global. "Sejauh pemahaman saya, PODS mengukur ketebalan dan kekerasan lapisan atas kutub es. PODS menggunakan teknologi rentang spektrum untuk melakukan pemindaian kepadatan gabungan dari kawasan yang luas guna menemukan anomali terkecil di dalam es, seperti titik-titik lumpur salju, pencairan di bagian dalam, dan retakan besar, yang merupakan gejala pemanasan global." Satelit NRO juga menggunakan teknologi serupa untuk mencari varian kepadatan di bawah permukaan tanah di Eropa Timur dan menemukan lokasi - lokasi pemakaman masal yang mem-berikan konfirmasi kepada Presiden bahwa pemusnahan etnis memang telah terjadi. PODS melewati dataran es ini dan menemukan anomali kepadatan yang jauh di luar dugaan kami. Dua ratus kaki di bawah permukaan, tertanam dengan sempurna dalam sebuah lapisan es yang padat, POD melihat sesuatu yang mirip bulatan yang tidak berbentuk, kira-kira berdiameter sepuluh kaki anomalinya lebih keras daripada es dan itu adalah batu besar dan lebih padat batu itu beratnya lebih dari delapan ton. Dan tertanam sejauh dua ratus kaki di bawah es padat. Artinya, batu itu sudah ada di sana dan tidak tersentuh selama lebih dari tiga ratus tahun batu itu adalah pecahan dari meteorit' yang lebih besar yang tercatat pernah menghantam Samudra Arktika pada tahun 1700-an. Perkiraan yang paling mendekati adalah, meteorit tersebut terlempar sebagai pecahan dari meteorit utama yang menabrak lautan, mendarat di Milne Glacier, dan perlahan - lahan terkubur oleh salju selama lebih dari tiga ratus tahun. Marjorie Tench sangat lantang menyuarakan bahwa peran kepemimpinan Amerika di masa mendatang hanya dapat di capai melalui superioritas di bidang teknologi.

Tench adalah pendukung fanatik program - program pengembangan dan penelitian teknologi tinggi pemerintah, dan yang paling penting dia juga pendukung utama NASA. Banyak yang percaya bahwa tekanan Tench di belakang layarlah yang membuat Presiden tetap begitu setia membela lembaga ruang angkasa yang sedang terpuruk itu presiden telah merekrut seorang ilmuwan sipil terkenal bernama Michael Toland untuk otontifikasi penemuan NASA dan akan berkerja sama bersama Rachel. Coky Marlinson juga direkrut. Gagasan Marlinson tentang bidang gravitasi merupakan legenda di antara para insinyur satelit NRO. Dia satu universitas dengan Michael. Meteorit itu berjenis batuan, meteor itu jatuh kemudian pecahan meteorit itu terkubur salju di Milne Glacier dan di dalam bebatuan itu terdapat Chondrules berusia 190 tahun tuanya. Meteor itu berisikan sebuah fosil serangga yaitu Isopoda ternyata serangga itu tidak cuma satu tapi lusinan serangga itu cangkak peninggalan zaman Paleolitik menurut Dr Ming. Serangga itu "Panspermia adalah teori yang mengatakan bahwa kehidupan di bumi ini di tebarkan dari planet lain." 

Teori yang mengatakan bahwa meteorit jatuh ke dalam Primordial Soup dan membawa serta benih pertama kehidupan mikro organisme ke bumi dan merembes menjadi hidup. Meteor sudah ada sejak 1.716  adalah tahun yang sama ketika para penjelajah di masa lalu mengaku telah melihat bola api di langit di sebelah utara Kanada. Meteor itu menjadi terkenal dengan nama Jungersol Fall, mengikuti nama pemimpin penjelajahan itu batu besar itu berhasil di angkat ke permukaan oleh perintah Dr Mangor dan batu besar itu hal yang menakjubkan meteroit itu di bawa ke depan meja simposium. Rachel disuruh presiden untuk menerangkan tentang penemuan itu ke staf presiden dan Marjorie Tench. Dibawah air tempat penemuan itu di temukan ada sesuatu yang aneh ketika Ming menemukannya lalu menaruh air itu di dalam gelas kimia ada sebuah peluru yang mengenai bola matanya dan membuatnya tersungkur ke lubang air itu dan Ming tenggelam ke dasar. Menurut Michael air itu adalah Flagelata Bioluminescent Dinoflagellate "Plankton bersel tunggal yang mampu mengoksidasi katalis bercahaya yang disebut Luceferinplankton bercahaya dari Filum Pyrrophyta

Nama itu artinya tanaman api. Samudra Arktika penuh dengan jenis plankton itu melihat ada kandungan air asin sebanyak tiga persen tercampur dalam air di lubang meteorit. Hal itu berlawanan dengan laporan glasiologi yang menyatakan bahwa meteorit terkubur di dalam lempengan es yang terdiri atas air tawar. Menurut Norah plakton itu sejenis Gpolyhendra yang dapat tidur lama di dalam es dan bercahaya Interstices tidak berbentuk kantung air asin tetapi lebih berbentuk seperti jaringan es air asin yang memiliki cabang banyak dengan sulur - sulur setebal rambut manusia. Meteorit itu harus melalui serangkaian Interstices yang sangat padat agar bisa mencairkan air asin beku yang cukup banyak sehingga dapat menciptakan campuran kadar garam sebesar tiga persen di kolam sedalam itu."

Akhir - akhir ini SFF telah mengutarakan keluhan mereka dengan menuduh NASA sebagai "Monopoli ilegal" karena rela merugi untuk satu transaksi tertentu tetapi masih terus di pertahankan sehingga memperlihatkan adanya persaingan yang tidak adil. Menurut SFF, kapanpun AT & T ingin meluncurkan satelit telekomunikasi, beberapa perusahaan ruang angkasa swasta menawarkan jasa dengan biaya yang masuk akal sebesar 50 juta dolar. Celakanya, NASA selalu menyela dan  menawarkan peluncuran satelit milik AT & T dengan biaya paling tinggi 25 juta dolar, walau itu berarti NASA harus mengeluarkan biaya lima kali untuk menyelesaikan pekerjaan itu beroperasi dalam keadaan rugi adalah satu cara NASA untuk tetap menguasai ruang angkasa, seorang pengacara SFF menuduh. Dan para pembayar pajak yang harus menambal kerugian itu. SFF adalah semacam "persatuan" perusahaan-perusahaan ruang angkasa swasta. Persatuan itu mewakili para kontraktor pesawat ruang angkasa, wiraswasta, pemodal bersama atau entitas swasta apa pun yang ingin pergi ke ruang angkasa. Mereka cenderung kritis pada NASA dan beragumen bahwa lembaga ruang angkasa Amerika Serikat itu melaksanakan praktik bisnis yang tidak adil dengan mencegah perusahaan  swasta meluncurkan misi ke ruang angkasa. 

Sexton melakukan pertemuan rahasia dengan organisasi yang mewakili perusahaan-perusahaan besar ruang angkasa. Lalu Tench menunjuk pada dokumen lainnya di atas meja. "Kami juga memiliki beberapa catatan internal SFF yang menghimbau para anggotanya agar mengumpulkan sejumlah besar uang dalam jumlah yang proporsional dengan nilai bersih perusahaan mereka dan uang tersebut di transfer ke rekening yang di kontrol Senator Sexton. Akibatnya, berbagai perusahaan ruang angkasa swasta ini berjasa mengantarkan Sexton ke tampuk kekuasaan. Aku dapat menduga, Sexton sudah setuju untuk meloloskan undang - undang komersialisasi dan privatisasi NASA jika dia terpilih kelak." SFF mendanai kampanye Sexton. Tench berencana agar Rachel mengakui hubungan gelapnya bersama Sexton jika tidak ingin berkerja sama dengan presiden. Tepat di bawah terowongan penarikan, terlihat semacam pilar gelap dari es air laut yang memanjang lurus ke bawah menuju ke samudra lepas di bawahnya. Pilar vertikal dari es air asin itu sangat besar. Diameternya sama dengan diameter lubang di atasnya terowongan penarikan meteorit itu berlanjut terus ke bawah dan menembus lapisan es menuju ke lautan Delta one menembakan peluru es ke mereka dan berniat membunuh mereka tetapi Tolland dan Rachel selamat tetapi Norah tidak dan Tolland membawa Corky yang hampir aja akan di bunuh mereka naik balon udara itulah yang menyelamatkan mereka beberapa pengusaha yang mendanai kampanye Sexton, orang ini mantan insinyur militer yang merasa kecewa karena gaji yang rendah dan birokrasi pemerintah, dan kemudian memutuskan untuk meninggalkan posisinya di kemiliteran untuk mencari keberuntungannya dalam usaha pesawat ruang angkasa dengan biaya 150 juta dolar untuk satu kali peluncuruan pesawat ulang alik

NRO telah mengganti SAA dengan peralatan yang tiga puluh kali lebih baik. Classic Wizard adalah telinga NRO seharga 12 juta dolar yang di pasang di dasar lautan, dan betul-betul menjangkau secara global. Dalam beberapa jam saja, super komputer Cray di pos pendengaran NRO / NSA di Menwith Hill, Inggris, akan mengenali rangkaian kode yang tidak biasa di salah satu hydrophone Antartika, memecahkan kode tersebut sebagai tanda S.O.S., menentukan koordinat area tempat kode tersebut berasal, dan menerbangkan Pesawat penyelamat dari Thule Air Force Base di Greenland. Pesawat itu kemudian akan menemukan tiga mayat di atas sebuah bongkahan es. Membeku dan dia mempunyai bukti itu peninggalan Norah delta itu membuang mayat Norah ke samudra antartika menyapu bersih bukti yang ada bahwa dia pernah disana. Sementara Rachel dia mengirimkan sebuah pesan SOS dan di dengar oleh awak2 kapal selam tidak jauh dari sana. Meteorit itu asli tetapi yang jadi pertanyaan kenapa meteor itu di sisipkan sedalam itu dan ada terowongan di bawahnya menyajikan data palsu

Pickering berniat menjemput mereka sebelum memulai kegemparan. Putri Pickering, Diana, tewas di Laut Merah ketika sedang berlatih sebagai seorang navigator pada sebuah kapal pengawal AL yang berlabuh di sana. Kapalnya sedang berlabuh di sebuah pelabuhan yang aman pada siang hari yang cerah ketika sebuah perahu motor buatan tangan yang berisi peledak dan di awaki dua orang teroris berani mati, melaju lambat menyeberangi pelabuhan dan meledak ketika menabrak badan kapal besar itu. Diana Pickering dan tiga belas tentara muda Amerika lainnya tewas pada hari itu. CIA telah mempersiapkan serangan pada kelompok kecil itu beberapa bulan yang lalu, tapi masih harus menunggu foto - foto satelit beresolusi tinggi sehingga mereka dapat merencanakan serangan mendadak ke sarang teroris tersebut di pegunungan Afghanistan. Foto-foto tersebut di jadwalkan akan di ambil satelit NRO yang bernilai 1,2 juta dolar dengan nama sandi Vortex 2, satelit yang meledak di landasan peluncuran bersama pesawat NASA yang sedianya akan meluncurkannya ke ruang angkasa. Karena kecelakaan NASA itulah, serangan CIA di tunda, dan sekarang Diana Pickering telah tewas. Penyidikan yang dilakukan terhadap ledakan roket itu menemukan bahwa insinyur - insinyur NASA bertanggung jawab pada sistem pengisian bahan bakar yang di paksa untuk menggunakan bahan bakar kelas dua agar menghemat anggaran

Fosil itu menurut Mike adalah Crustacea serangga laut raksasa," kata Tolland menjelaskan. "Mereka adalah sub order dari filum Arthro-poda, seperti caplak, kepiting, laba-laba, serangga, belalang, kalajengking, dan lobster berkerangka dan bersendi di luar tubuh. Kandungan nikel itu ada di dalam meteorit itu di bawa menggunakan pesawat hidrogen cair yang akan menghasilkan kulit fusi yang bagus. Ekstrom yang mencemari nama Hasper dengan tuduhan telah menggelapkan dana dan memperbaiki peranti lunak Pods dan meteorit itu dia yang menanamkannya di dalam es sehingga berpura bahwa Pdos telah menemukannya dan sejak itulah mulai berhubungan dengan NASA mengenai meteorit itudengan segala kepura - puraan dan kejam. Ekstrom dan Tench yang menemukan pertama kali adalah Seorang ahli geologi Kanada bernama Charles Brophy dia adalah seorang peneliti di Pulau Ellesmere. Tampaknya dia sedang melakukan pengujian es secara geologis di Milne Ice Shelf ketika dia secara kebetulan menemukan apa yang tampak seperti meteorit besar di dalam es. Dia mengirimkan kabar melalui radionya, dan NASA kebetulan menangkap transmisinya." 

Dan pria itu mati. Mereka Michael, Rachel, corky akhirnya pergi ke Goya dimana di sana kubah magma dan sphyrna mokkaran mereka ingin mengindentifikasi tentang meteorit itu. Tahun lalu, seorang ahli geologi muda bernama Lee Pollock dari Drew University, menggunakan sebuah robot maritim jenis baru untuk mengambil sampel kulit bumi di dasar lautan. Di daerah Mariana Trench, dia menarik sebongkah batu lepas yang ternyata mengandung ciri - ciri geologis yang belum pernah di lihatnya. Ciri - ciri itu sangat serupa dengan penampilan Chondrules ini. Dia menyebutnya 'Plagioclase Stress Inclusions gelembung - gelembung metal kecil yang tampaknya terkumpul kembali selama lautan dalam mengalami tekanan. Dr. Pollock kagum karena menemukan gelembung-gelembung metalik di dalam batu lautan sehingga kemudian dia menyusun sebuah teori unik untuk menjelaskan keberadaan mereka." batu itu terbentuk di lingkungan laut yang sangat dalam di mana tekanan yang ekstrem mengubah bentuk fisik batu tersebut, dan memungkinkan metal - metal yang berlainan melebur menjadi satu." Dan panas itu di dapat dari geologi bumi tetapi bukan itu melainkan dari zona subduction dan kandungan nikel berada pada kisaran tengah Menurut penelusuran Mike fosil itu Bathynomous Giganteusterkubur di dalam lautan bersama lumpur. Ketika lumpur itu berubah menjadi batu, serangga ini menjadi fosil di dalam batu itu. Selanjutnya, dasar lautan, yang terus -menerus bergerak dengan lambat seperti ban berjalan menuju ke arah palung - palung laut, membawa-serta fosil - fosil tersebut ke zona bertekanan tinggi di mana batu tersebut kemudian membentuk chondrules. bagian batu dengan lapisan kulit berfosil dan chondrules itu pecah dan sampai ke tepian palung yang tinggi, yang mungkin saja terjadi, posisinya menjadi sempurna untuk di temukan manusia

Pickering merupakan dalang dari semua ini karena kematian anaknya dia menyerang NASA dengan cara menjatuhkan karena dendam dia membunuh Tench dengan kerja sama dengan Delta itu dia melakukan aksi jahatnya. Perjuangan mereka sungguh luar biasa di mulai dari Antartika antara hidup dan mati berusaha untuk selamat hingga di tolong kapal itu dan juga di Goya perjuangan melawan Pickering dan Delta itu yang menewaskan Pickering dan Delta begitu juga dengan ilmuwan di sana Xania dan juga pilot itu coast guard tidak salah jika akhirnya Rachel begitu membenci ayahnya karena memperalatnya memang dia mengirimkan faks tentang semua bukti itu karena hanya nomer faks ayahnya yang dia ketahui tetapi. Sexton sungguh licik dia tidak peduli dengan keselamatan anaknya dan memilih membocorkan semua rahasia itu karena jelas yang bersalah adalah Pickering dalang dari kejadian ini semua. Tapi Sexton dia hanya ingin menjadi presiden dengan segala cara yang dia gunakan. Diakhir cerita Rachel dan Michael jatuh cinta dan Michael mampu melupakan Celia mantan istrinya yang kini sudah tiada

Selasa, 20 Februari 2018

Novel Maddah



Janshen menyukai kelinci. dia meminta Risa untuk membelikan kelinci dan mengurusnya konon setelah Risa pindah penghuni di sana bersama 5 anak itu di usir oleh pemilik rumah yang baru mereka tinggal di bangunan tua dan berkumpul bersama makhluk lain yang mirip dengan mereka.

Biyan dan Adam

Biyan dan Adam adalah sarjana yang baru lulus dari universitas dan hendak mengadu peruntungan dengan melamar pekerjaan di salah satu perusahaan mereka jadian 28 November 2006 mereka awalnya tak di setujui, mereka hendak menikah tetapi naas mereka meninggal karena jatuh dari jembatan Amina (Adik Adam) yang pertama mengetahui bahwa mereka tiada saat itu Biyan mengambil sepatunya dan ketika Adam duduk di jembatan dia terjengkang dan mereka terkena arus lalu sebuah pohon yang keseret arus mengenai mereka. saat di rumah sakit Amina membawakan sepatu hitam milik Biyan 

Ivanna dan Elizabeth

Ivana adalah anak tentara dan Elizabeth anak bangsawan. Risa memanggil Ivana dengan papan ouija. ivanna bersosok pakaian kumal dengan darah. Ivana berusia 2 tahun ketika menginjak Hinda Belanda dia anak tunggal, papa mengajari pribumi budaya dan bahasa melayu dia mempunyai satu adik yang bernama Dimas. ayahnya bertugas di sini Ivana bertemu dengan Elizabeth hidup bergelimang harta ayahnya seorang residen yang memimpin pasukan tentara Belanda. Dimas mengagumi Elizabeth tuan Rudolf ayah Elizabeth adalah atasan ayah Ivana. Elizabeth begitu ketus dia hanya ingin berteman dengan sebangsanya dan merendahkan adik Ivana karena adiknya menganggap dirinya pribumi dan bergaul dengan keluarga Elizabeth saat berkunjung keluarga Elizabeth memaki karena melihat sajian makanan pribumi, memaki keluarga ivana dan papanya di bebastugaskan menjadi tentara tapi tak melakukan apa2 atau perlawanan yang dilakukannya

Dimas menyalahkan ortunya karena menamakan dirinya dengan nama pribumi dan tidak kunjung pulang. Dimas di bunuh oleh bangsa Netherland karena berusaha menyeludup ke rumah Elizabeth. mama Ivanna (Suzie) meninggal setelah itu karena tak kuat membendung beban yang di alaminya. papa Ivana bunuh diri dengan menembakan dirinya sendiri dan tidak dapat menanggung beban, merasa menyesal karena menamakan Dimas dengan nama pribumi. ivana dendam terhadap elizabeth dan dia ingin tentara nipon menghabisi bangsanya dan dirinya menyerahkan dirinya sendiri menjadi gundik untuk tentara nipon. Ivana membeberkan informasi tentang bangsanya ke tentara nipon dan juga tempat persembunyian keluarga Elizabeth. Saat itulah Elizabeth dendam terhadap Ivana karena tega melakukan itu dan ivana yang di janjikan kembali ke Netherland setelah membocorkan informasi itu akhirnya juga di bunuh oleh nipon

Peter berteman dengan Anne tingginya sama dengan Peter. Anne tidak ramah dia mencari papanya. Peter menyukai matematika dan ingin menjadi ilmuwan. norah banyak membantunya hantu wanita menyeramkan galak dan penganggu. Lucy carla dan Pinot adalah teman Janshen di sekolah malamnya. Hendrick sedang jatuh cinta terhadap Norma tetapi norma mengagumi Will dan meminta Will mengajarinya biola. Hans ingin memasak lagi. Menurut william Elizabeth memang ingin menjadikan paman Risa sebagai kekasihnya dan mencelakai bibi Risa karena cemburu dia di kurung di gudang belakang sekolah

Canting

Canting menyukai pak Farid pelatihnya .tapi pak Farid sudah punya 2 anak. mereka berpacaran tetapi Canting sama sekali tidak mempunyai akal dia menyukai pria yang sudah beristri dan memilih dia daripada keluarganya mereka berpacaran. Dia dan Farid tinggal berdua di kontrakan tapi tidak menikah Farid dan dia di keluarkan dari sanggar karena dia hamil di luar nikah, dia menikah dengan Farid 27 Agustus 1995. Farid mulai menyalahkan Canting karena dia pembawa sial dan menghancurkan karirnya hingga Farid mulai berperilaku kasar dan memukul tangan Canting dengan helm dan menendang perutnya Farid pergi meninggalkanya dan ketika dia melahirkan dia merenggang nyawa tetapi Buih anaknya selamat

Kelima sahabat itu persahabatannya mulai merenggang karena Anne. Anne berusaha menaklukan Peter dan kelima sahabat itu merasa di jauhi karena sosok itu. Hendrick menyukai Norma yang berambut coklat tua dan mata coklat muda tapi dia cemburu kepada William mengira William menyukai Norma padahal tidak sama sekali hanya wanita itu yang menyukai William ternyata alasan Norma mendekati William karna dia mirip seperti kakaknya Alfa yang meninggal karena sakit dan Norma juga menepis kalau dia menyukai William karena menurutnya dia tidak boleh pacaran karena ortunya melarang sebelum usianya menginjak dewasa tapi kini usianya tidak kan pernah dewasa. zodiak Norma pisces, lantas Norma pun memberikan pengertian ke Hendrick untuk tidak usah cemburu dengan William dan mereka pun berbaikan kembali william dan Hendrick dan kelima sahabat itu kini hubungannya sudah tak renggang lagi
Anton

Anton Van Dziburg 59 tahun mengabdikan hidup untuk negaranya dan tidak pernah bersosialisasi dengan lawan jenis, anak bangsawan dan penyendiri dan dia menikahi perawat asal Jerman pernikahannya saat umurnya 43 hanya bertahan 7 tahun dan Margot mengkhianatinya dengan menikahi tentara Jerman dan saat usia 50 tahun dia pindah ke Hindia Belanda dan membawa putrinya berusia 5 tahun bernama Mariane dan papanya tidak tau bagaimana cara mengurusnya. Anne berteman dengan Louisa tetapi dia marah ketika Louisa akan pindah ke Netherland, ayah Mariane mengidap penyakit serius dan nyawanya hanya bertahan seminggu lantas ketika tentara nipon datang mereka kabur dengan pergi ke pelabuhan tetapi naas sopir mereka di tembak oleh nipon dan mobil melaju kencang hingga jatuh ke dasar jurang dan merenggut nyawa mereka

Ruth 

Ruth adalah keturunan Indo dan Netherland, ibunya menikahi seorang pria beristri dan ibunya Ruth memilih untuk pergi karena sebenarnya Ruth adalah anak korban perkosaan, ibunya kerja sebagai pembantu di sana. Paras Ruth mirip dengan ayahny .oleh ayah tirinya dia dibiarkan kabur karena takut Ruth akan di bantai karena parasnya. Hingga akhirnya dia bertemu dengan Taka tentara yang akan menjadi kekasihnya dan dia disembunyikan jauh di dalam gua. Taka di bunuh dan ruth membunuh atasan Taka, dia membunuh dirinya sendiri dengan katana. Ruth muncul di gedung tua bersama dengan yang lain dia tak bisa bahasa Netherland. Ruth menyukai anak kecil karena merindukan sosok adiknya dia sering mencubiti anak2. Tapi Elizabeth tidak menyukai Ruth karena suka dengan nipoon

Norah

Norah adalah guru para hantu...dia orang yang tegas. Orang tuanya menyuruhnya untuk kerja di Netherland saja tapi Noah ingin mengabdikan diri di Indonesia dia mempunyai kemampuan di keperawatan dan kerohanian dia menghabiskan waktu di perpustakan klinik dan gereja, dia menjadi biarawati karena di ajak oleh pastor bernama Hendrick mereka bersembunyi di gedung pemerintahan lantai 2. ketika Norah mencari makanan di lantai 1 nipon menemukan dan menariknya hingga membentur ubin tangga berbuat hal seperti itu dan membunuhnya, anak2 yang di sembunyikan di sana juga tewas, pastor itu adalah papa ayah angkat para hantu yang ada di rumah nenek Risa

Facta Peter Cs, Norma, Marriane, dan Risa




Peter

A. Suka memakai celana pendek, jika celananya panjang dia tidak suka karena terlihat tua

B. Kesulitan membaca

C. Tidak bisa bicara Netherland dan tidak suka di panggil pendek

D. Ingin rambutnya berwarna gelap, Suka binatang dan suka kue jahe buatan oma Rose

E. Tidak suka belajar kata mamanya penyebab dia pendek karena pernah sakit keras

F. Ada tanda kecoklatan di punggung, cengeng, tidak tahan makanan pedas, suka mainan.

G. Tidak suka orang bersendawa dan kentut sembarangan

H. Dia tidak ingin kehilangan teman2 nya yang sekarang dan selalu mencari mamanya

William

A. Pendiam dan tidak suka perempuan yang bercermin

B. Suka bermain biola dia pintar menurutnya

C. Bercita menjadi guru dan penjelajah

D. Suka natal tapi tidak suka sayur dan buah 

E. Tidak suka di atur, tidak suka keramaian. suka warna gelap 

F. matanya cekung, idak suka di panggil hantu

G. Bersahabat dan menyayangi sahabatnya

Hendrick

A. Banyak yang bilang dia tampan dan menyukainya

B. Anak tunggal, ingin menjadi peneliti tanaman dan ilmuan

C. Rumahnya berwarna hijau dan bertetangga dengan Hans dan berteman dengan Helena

D. Warna favoritnya hijau serta punya banyak mainan

E. Juara kelas dan papanya selalu menghadiahi buku bacaan

F. Ingin bermain biola dan iri pada William

G. Banyak Bintik di wajahnya suka memandang wajahnya di cermin 

H. Benci anak laki cengeng dan dia sayang sama sahabatnya

Hans
A. Punya satu kakak dan satu adik, kakaknya bernama Judith dan adiknya Grena

B. Diasuh oleh Oma Rose dan orangtuanya pergi entah dimana sekarang

C. Dia bersahabat dengan Hendrick sejak kecil

D. Suka memasak dan membuat kue 

E. Cengeng dan pendek.benci binatang dan takut gelap

F. Benci perang dan tidak suka pakai kaos kaki tidak suka dirinya disebut hantu

G. Citanya2 adalah membuka toko roti dan menyayangi sahabatnya 

H. Sering rindu dengan Oma Rose

I. Sering menangisi nasib Judith dan Grena

J. Tidak suka anak yang jahil dan pernah tinggal kelas

Janshen

A. Selalu dianggap remeh oleh temannya

B. Tampan hanya giginya ompong 

C. Rindu Anabele dan punya banyak teman wanita

D. Suka kue dan idak cengeng tapi air matanya mudah keluar

E. Rindu mama papa dan dua kakak perempuan

F. Papanya pernah berjanji akan menyekolahkan di Netherland

G. Tidak suka belajar dan suka bermain

H. Tidak suka senyum karena ompong dan suka kelinci

I. Takut hujan dan tidak suka mimpi buruk

J. Selalu berpikir di bawah tempat tidurnya ada monster

K. Benci nippon dan ingin ke Netherland

L. Tidak suka di ejek dan sayang William


Risa

A. Pemimpi dan bercita menjadi dokter tapi nilai IPA nya jelek

B. Suka mendengarkan i swear saat SD

C. Mengoleksi hadiah snack sebuah merk ternama waktu SD berupa penghapus karena Peter yang memaksa

D. Membagi makanannya dengan sahabat waktu kecil dan merayakan ultah kelima sahabatnya

E. Bisa melihat hantu berupa manusia atau bayang2

F. Telinganya peka mendengar pembicaraan hantu

G. Suka membual tentang cita2

H. Bercita menjadi model

I. Menjadi bahan tertawaan karena membengkak 

J. Tidak suka di anggap paranormal 

K. Pernah menempelkan upil di dinding karena disuruh Peter 

L. Suka bercengkrama dengan mereka di atas pohon kersen 

M. Menangis ketika Peter dan yang lain menghadiahi gaun

N. Belajar menyanyi menari mengerti musik dari sahabat kecilnya

O. Pernah di bantu mencotek ujian oleh Hans dan Hendrick

P. Bertekad membawa temannya ke Netherland

Q. Dia menyayangi ke lima sahabatnya





Mariane

A. Benci anak laki nakal dan di tinggalkan

B. Tidak suka di sebut pemarah dan pembangkang

C. Suka pita beraneka macam warna dan koleksi gaun

D. Tidak sukai pakai celana dan suka alam terbuka

E. Bisa menghabiskan waktu hingga berjam - jam di taman sepi

F. Sahabatnya yang pertama Louisa dan kedua Peter

G. Tidak suka ingat wajah mamanya dan mencari papanya

H. Nilainya bagus dan ingin menjadi pendeta

I. Suka memanjat pohon dan tidak suka diatur

J. Tiap natal ingin ke Netherland dan takut halilintar

K. Pengasuhnya memanggilnya nona besi

L. Suka anak anjing dan wajahnya jerawatan

Norma

A. Mudah menangis selalu sedih mendengar hal menyedihkan 

B. Kakanya Alfa seperti William

C. Mamanya sedang mengandung adiknya saat berpisah

D. Makanan favorit roti keju dan suka mengoleksi perhiasan

E. Memelihara burung kenari 

F. Hari menyedihkan saat kakaknya meninggal dan papanya menjadi pendiam

G. Kadang berbicara dengan dedaunan 

H. Suka melukis menggambar pemandangan

I. Cita2 menjadi terkenal

J. Ramah dan suka membantu

K. Tidak membenci nipon dan suka menulis syair

L. Suka memiliki banyak teman dan ingin memasak lagi

M. Pipinya tembeb dan tubuhnya kurus

Jumat, 09 Februari 2018

Puisi Chairil Anwar Sang Binatang Jalang




Sajak Bebas (kepada L.K. Bohang)
Kami jalan sama. Sudah larut
Menembus kabut.
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan.
Darahku mengental-pekat. Aku tumpat-pedat.
Siapa berkata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga.
Dia bertanya jam berapa!
Sudah larut sekali
Hingga hilang segala makna
Dan gerak tak punya arti

Nisan
untuk nenekanda
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
dan duka maha tuan bertakhta. 

Oktober 1942

Penghidupan
Lautan maha dalam
mukul dentur selama
nguji tenaga pematang kita
mukul dentur selama
hingga hancur remuk redam
Kurnia Bahgia
kecil setumpuk
sia-sia dilindung, sia-sia dipupuk. 

Desember 1942

Diponegoro
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
 
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati

Maju
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang. 

Februari 1943

Tak Sepadan
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa 

Ahasvéros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka. 

Februari 1943

Sia - Sia*
Penghabisan kali itu kau datang
membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci.
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.
Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

Sia - Sia**
Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan Suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu.
Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti
Sehari kita bersama. Tak hampir-menghampiri
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi. 

Februari 1943

Ajakan*
Ida
Menembus sudah caya
Udara tebal kabut
Kaca hitam lumut
Pecah pencar sekarang
Di ruang legah lapang
Mari ria lagi
Tujuh belas tahun kembali
Bersepeda sama gandengan
Kita jalani ini jalan
Ria bahgia
Tak acuh apa-apa
Gembira-girang
Biar hujan datang
Kita mandi-basahkan diri
Tahu pasti sebentar kering lagi. 

Februari 1943

Sendiri
Hidupnya tambah sepi, tambah hampa
Malam apa lagi
la memekik ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya
la membenci. Dirinya dari segala
Yang minta perempuan untuk kawannya
Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama
Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?
Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu! 

Februari 1943

Pelarian
I
Tak tertahan lagi
remang miang sengketa di sini
Dalam lari
Dihempaskannya pintu keras tak berhingga.
Hancur-luluh sepi seketika
Dan paduan dua jiwa

II
Dari kelam ke malam
Tertawa-meringis malam menerimanya
Ini batu baru tercampung dalam gelita
“Mau apa? Rayu dan pelupa,
Aku ada! Pilih saja!
Bujuk dibeli?
Atau sungai sunyi?
Mari! Mari!
Turut saja!”
Tak kuasa — terengkam
la dicengkam malam. 

Februari 1943

Suara Malam
Dunia badai dan topan
Manusia mengingatkan “Kebakaran di Hutan”*
Jadi ke mana
Untuk damai dan reda?
Mati.
Barang kali ini diam kaku saja
dengan ketenangan selama bersatu
mengatasi suka dan duka
kekebalan terhadap debu dan nafsu.
Berbaring tak sedar
Seperti kapal pecah di dasar lautan
jemu dipukul ombak besar.
Atau ini.
Peleburan dalam Tiada
dan sekali akan menghadap cahaya.
.......................................................
Ya Allah! Badanku terbakar — segala samar.
Aku sudah melewati batas.
Kembali? Pintu tertutup dengan keras.
 
Februari 1943

AKU*
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi 

Maret 1943

Semangat*
Kalau sampai waktuku
kutahu tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang-menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih dan peri.
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi. 

Maret 1943

Hukum
Saban sore ia lalu depan rumahku
Dalam baju tebal abu-abu
Seorang jerih memikul. Banyak menangkis pukul.
Bungkuk jalannya — Lesu
Pucat mukanya — Lesu
Orang menyebut satu nama jaya
Mengingat kerjanya dan jasa
Melecut supaya terus ini padanya
Tapi mereka memaling. Ia begitu kurang tenaga
Pekik di angkasa: Perwira muda
Pagi ini menyinar lain masa
Nanti, kau dinanti-dimengerti! 

Maret 1943

Taman
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia
 
Maret 1943

Lagu Biasa
Di teras rumah makan kami kini berhadapan
Baru berkenalan. Cuma berpandangan
Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam
Masih saja berpandangan
Dalam lakon pertama
Orkes meningkah dengan “Carmen” pula.
Ia mengerling. Ia ketawa
Dan rumput kering terus menyala
Ia berkata. Suaranya nyaring tinggi
Darahku terhenti berlari
Ketika orkes memulai “Ave Maria”
Kuseret ia ke sana.... 

Maret 1943

Kupu Malam Dan Biniku
Sambil berselisih lalu
mengebu debu.
Kupercepat langkah. Tak noleh ke belakang
Ngeri ini luka-terbuka sekali lagi terpandang
Barah ternganga
Melayang ingatan ke biniku
Lautan yang belum terduga
Biar lebih kami tujuh tahun bersatu
Barangkali tak setahuku
Ia menipuku. 

Maret 1943

Penerimaan
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. 

Maret 1943

Kesabaran
Aku tak bisa tidur
Orang ngomong, anjing nggonggong
Dunia jauh mengabur
Kelam mendinding batu
Dihantam suara bertalu-talu
Di sebelahnya api dan abu
Aku hendak berbicara
Suaraku hilang, tenaga terbang
Sudah! tidak jadi apa-apa!
Ini dunia enggan disapa, ambil perduli
Keras membeku air kali
Dan hidup bukan hidup lagi
Kuulangi yang dulu kembali
Sambil bertutup telinga, berpicing mata
Menunggu reda yang mesti tiba 

Maret 1943

Perhitungan
Banyak gores belum terputus saja
Satu rumah kecil putih dengan lampu merah muda caya
Langit bersih-cerah dan purnama raya...
Sudah itu tempatku tak tentu di mana.
Sekilap pandangan serupa dua klewang bergeseran
Sudah itu berlepasan dengan sedikit heran
Hembus kau aku tak perduli, ke Bandung, ke Sukabumi...!?
Kini aku meringkih dalam malam sunyi. 

16 Maret 1943

Kenangan
untuk Karinah Moordjono
Kadang
Di antara jeriji itu-itu saja
Mereksmi memberi warna
Benda usang dilupa
Ah! tercebar rasanya diri
Membubung tinggi atas kini
Sejenak
Saja. Halus rapuh ini jalinan kenang
Hancur hilang belum dipegang
Terhentak
Kembali di itu-itu saja
Jiwa bertanya; Dari buah
Hidup kan banyakan jatuh ke tanah?
Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia 

19 April 1943

Rumahku
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu. 

27 April 1943

Hampa*
kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

Hampa**
kepada Sri yang selalu sangsi
Sepi di luar, sepi menekan-mendesak
Lurus-kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak
Sepi memagut
Tak suatu kuasa-berani melepas diri
Segala menanti. Menanti-menanti.
Sepi.
Dan ini menanti penghabisan mencekik
Memberat-mencengkung punda
Udara bertuba
Rontok-gugur segala. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Menanti. Menanti. 

Maret 1943

Kawanku Dan Aku*
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata...?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti.

Kawanku Dan Aku** (kepada L.K. Bohang)
Kami jalan sama. Sudah larut
Menembus kabut.
Hujan mengucur badan.
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan.
Darahku mengental-pekat. Aku tumpat-pedat.
Siapa berkata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga.
Dia bertanya jam berapa!
Sudah larut sekali
Hingga hilang segala makna
Dan gerak tak punya arti 

5 Juni 1943

Bercerai
Kita musti bercerai
Sebelum kicau murai berderai.
Terlalu kita minta pada malam ini.
Benar belum puas serah-menyerah
Darah masih berbusah-busah.
Terlalu kita minta pada malam ini.
Kita musti bercerai
Biar surya ‘kan menembus oleh malam di perisai
Dua benua bakal bentur-membentur.
Merah kesumba jadi putih kapur.
Bagaimana?
Kalau IDA, mau turut mengabur
Tidak samudra caya tempatmu menghambur. 

7 Juni 1943

Aku
Melangkahkan aku bukan tuak menggelegak
Cumbu-buatan satu biduan
Kujauhi ahli agama serta lembing-katanya.
Aku hidup
Dalam hidup di mata tampak bergerak
Dengan cacar melebar, barah bernanah
Dan kadang satu senyum kukucup-minum dalam dahaga. 

8 Juni 1943

Cerita
kepada Darmawidjaja
Di pasar baru mereka
Lalu mengada-menggaya.
Mengikat sudah kesal
Tak tahu apa dibuat
Jiwa satu teman lucu
Dalam hidup, dalam tuju.
Gundul diselimuti tebal
Sama segala berbuat-buat.
Tapi kadang pula dapat
Ini renggang terus terapat. 

9 Juni 1943

Di Mesjid
Kuseru saja Dia
Sehingga datang juga
Kami pun bermuka-muka.
Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada.
Segala daya memadamkannya
Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda
Ini ruang
Gelanggang kami berperang
Binasa-membinasa
Satu menista lain gila. 

29 Mei 1943

Selamat Tinggal*
perempuan....
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
— dalam hatiku? —
Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah...!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal
Selamat tinggal...!!!

Selamat Tinggal**
Aku berkaca
Bukan buat ke pesta
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru-menderu
— dalam hatiku? —
Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah...!!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal....
Selamat tinggal...!!! 

12 Juli 1943

Mulutmu Mencubit Di  Mulutku*
Mulutmu mencubit di mulutku
Menggelegak benci sejenak itu
Mengapa merihmu tak kucekik pula
Ketika halus-perih kau meluka?? 

12 Juli 1943

Dendam
Berdiri tersentak
Dari mimpi aku bengis dielak
Aku tegak
Bulan bersinar sedikit tak nampak
Tangan meraba ke bawah bantalku
Keris berkarat kugenggam di hulu
Bulan bersinar sedikit tak nampak
Aku mencari
Mendadak mati kuhendak berbekas di jari
Aku mencari
Diri tercerai dari hati
Bulan bersinar sedikit tak tampak 

13 Juli 1943

Merdeka
Aku mau bebas dari segala
Merdeka
Juga dari Ida
Pernah
Aku percaya pada sumpah dan cinta
Menjadi sumsum dan darah
Seharian kukunyah-kumamah
Sedang meradang
Segala kurenggut
Ikut bayang
Tapi kini
Hidupku terlalu tenang
Selama tidak antara badai
Kalah menang
Ah! Jiwa yang menggapai-gapai
Mengapa kalau beranjak dari sini
Kucoba dalam mati. 

14 Juli 1943

Kita Guyah Lemah*
Kita guyah lemah
Sekali tetak tentu rebah
Segala erang dan jeritan
Kita pendam dalam keseharian
Mari tegak merentak
Diri-sekeliling kita bentak
Ini malam purnama akan menembus awan.
 
22 Juli 1943

Jangan Kita Di Sini Berhenti*
Jangan kita di sini berhenti
Tuaknya tua, sedikit pula
Sedang kita mau berkendi-kendi
Terus, terus dulu...!!
Ke ruang di mana botol tuak banyak berbaris
Pelayannya kita dilayani gadis-gadis
O, bibir merah, selokan mati pertama
O, hidup, kau masih ketawa?? 

24 Juli 1943

1943
Racun berada di reguk pertama
Membusuk rabu terasa di dada
Tenggelam darah dalam nanah
Malam kelam-membelam
Jalan kaku-lurus. Putus
Candu.
Tumbang
Tanganku menadah patah
Luluh
Terbenam
Hilang
Lumpuh.
Lahir
Tegak
Berderak
Rubuh
Runtuh
Mengaum. Mengguruh
Menentang. Menyerang
Kuning
Merah
Hitam
Kering
Tandas
Rata
Rata
Rata
Dunia
Kau
Aku
Terpaku. 

1943

Isa
kepada nasrani sejati
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara
mengatup luka
aku bersuka
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah 

12 November 1943

Doa
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling 

13 November 1943

Sajak Putih*
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah....

Sajak Putih**
buat tunanganku Mirat
bersandar pada tari warna pelangi
kau depanku bertudung sutra senja
di hitam matamu kembang mawar dan melati
harum rambutmu mengalun bergelut senda
sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku
hidup dari hidupku, pintu terbuka
selama matamu bagiku menengadah
selama kau darah mengalir dari luka
antara kita Mati datang tidak membelah...
Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
Kucuplah aku terus, kucuplah
dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku... 

18 Januari 1944

Dalam Kereta
Dalam kereta.
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo..., makin dekat saja
Menangkup senja.
Menguak purnama.
Caya menyayat mulut dan mata.
Menjengking kereta. Menjengking jiwa,
Sayatan terus ke dada. 

15 Maret 1944

Siap - Sedia
kepada angkatanku
Tanganmu nanti tegang kaku,
Jantungmu nanti berdebar berhenti,
Tubuhmu nanti mengeras batu,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus memahat ini Tugu,
Matamu nanti kaca saja,
Mulutmu nanti habis bicara,
Darahmu nanti mengalir berhenti,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.
Suaramu nanti diam ditekan,
Namamu nanti terbang hilang,
Langkahmu nanti enggan ke depan,
Tapi kami sederap mengganti,
Bersatu maju, ke Kemenangan.
Darah kami panas selama,
Badan kami tertempa baja,
Jiwa kami gagah perkasa,
Kami akan mewarna di angkasa,
Kami pembawa ke Bahgia nyata.
Kawan, kawan
Menepis segar angin terasa
Lalu menderu menyapu awan
Terus menembus surya cahaya
Memancar pencar ke penjuru segala
Riang menggelombang sawah dan hutan
Segala menyala-nyala!
Segala menyala-nyala!
Kawan, kawan
Dan kita bangkit dengan kesedaran
Mencucuk menerang hingga belulang.
Kawan, kawan
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang! 

1944

Kepada Penyair Bohang
Suaramu bertanda derita laut tenang...
Si Mati ini padaku masih berbicara
Karena dia cinta, di mulutnya membusah
Dan rindu yang mau memerahi segala
Si Mati ini matanya terus bertanya!
Kelana tidak bersejarah
Berjalan kau terus!
Sehingga tidak gelisah
Begitu berlumuran darah.
Dan duka juga menengadah
Melihat gayamu melangkah
Mendayu suara patah:
“Aku saksi!”
Bohang,
Jauh di dasar jiwamu
bertampuk suatu dunia;
menguyup rintik satu-satu
Kaca dari dirimu pula.... 

1945

Lagu Siul*
Laron pada mati
Terbakar di sumbu lampu
Aku juga menemu
Ajal di cerlang caya matamu
Heran! ini badan yang selama berjaga
Habis hangus di api matamu
‘Ku kayak tidak tahu saja.
II
Aku kira
Beginilah nanti jadinya:
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta,
Tak satu juga pintu terbuka.
Jadi baik kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa,
Aku terpanggang tinggal rangka 

25 November 1945

Malam
Mulai kelam
belum buntu malam,
kami masih saja berjaga
—Thermopylae? —
—jagal tidak dikenal? —
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam
hilang.... 

1945

Sebuah Kamar
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
mau lebih banyak tahu.
“Sudah lima anak bernyawa di sini,
Aku salah satu!”
Ibuku tertidur dalam tersedu,
Keramaian penjara sepi selalu,
Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!
Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu dan bapakku, karena mereka berada
di luar hitungan: Kamar begini,
3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa!
 
1946

Kepada Pelukis Affandi
Kalau, ‘ku habis-habis kata, tidak lagi
berani memasuki rumah sendiri, terdiri
di ambang penuh kupak,
adalah karena kesementaraan segala
yang mencap tiap benda, lagi pula terasa
mati kan datang merusak.
Dan tangan ‘kan kaku, menulis berhenti,
kecemasan derita, kecemasan mimpi;
berilah aku tempat di menara tinggi,
di mana kau sendiri meninggi
atas keramaian dunia dan cedera,
lagak lahir dan kelancungan cipta,
kau memaling dan memuja
dan gelap-tertutup jadi terbuka! 

1946

Dengan Mirat*
Kamar ini jadi sarang penghabisan
di malam yang hilang batas
Aku dan dia hanya menjengkau
rakit hitam.
‘Kan terdamparkah
atau terserah
pada putaran pitam?
Matamu ungu membatu
Masih berdekapankah kami atau
mengikut juga bayangan itu? 

8 Januari 1946

Catetan Tahun 1946
Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,
Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai.
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut.
Kita — anjing diburu — hanya melihat sebagian dari
sandiwara sekarang
Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat.
Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu;
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak
lahir sempat.
Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah,
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering
sedikit mau basah! 

1946

Buat Album D.S.
Seorang gadis lagi menyanyi
Lagu derita di pantai yang jauh,
Kelasi bersendiri di laut biru, dari
Mereka yang sudah lupa bersuka.
Suaranya pergi terus meninggj,
Kami yang mendengar melihat senja
Mencium belai si gadis dari pipi
Dan gaun putihnya sebagian dari mimpi.
Kami rasa bahagia tentu ‘kan tiba,
Kelasi mendapat dekapan di pelabuhan
Dan di negeri kelabu yang berhiba
Penduduknya bersinar lagi, dapat tujuan.
Lagu merdu! apa mengertikah adikku kecil
yang menangis mengiris hati
Bahwa pelarian akan terus tinggal terpencil,
Juga di negeri jauh itu surya tidak kembali?
 
1946

Nocturno
(fragment)
................................................................
Aku menyeru — tapi tidak satu suara
membalas, hanya mati di beku udara.
Dalam diriku terbujur keinginan,
juga tidak bernyawa.
Mimpi yang penghabisan minta tenaga,
Patah kapak, sia-sia berdaya,
Dalam cekikan hatiku
Terdampar.... Menginyam abu dan debu
Dari tinggalannya suatu lagu.
Ingatan pada Ajal yang menghantu.
Dan demam yang nanti membikin kaku....
................................................................
Pena dan penyair keduanya mati,
Berpalingan! 

1946

Cerita Buat Dien Tamaela
Beta Pattiradjawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.
Beta Pattiradjawane
Kikisan laut
Berdarah laut.
Beta Pattiradjawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan.
Beta Pattiradjawane, menjaga hutan pala.
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.
Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.
Mari menari!
mari beria!
mari berlupa!
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
beta kirim datu-datu!
Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau....
Beta Pattiradjawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu. 

1946

Kabar Dari Laut
Aku memang benar tolol ketika itu,
mau pula membikin hubungan dengan kau;
lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu,
berujuk kembali dengan tujuan biru.
Di tubuhku ada luka sekarang,
bertambah lebar juga, mengeluar darah,
di bekas dulu kau cium napsu dan garang;
lagi aku pun sangat lemah serta menyerah.
Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi.
Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang.
Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang.
Dan kau? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji,
Atau di antara mereka juga terdampar,
Burung mati pagi hari di sisi sangkar? 

1946

Senja Di Pelabuhan Kecil (buat Sri Ajati)
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. 

1946

Cintaku Jauh Di Pulau
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri.
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri. 

1946

Betina”-Nya Affandi
Betina, jika di barat nanti
menjadi gelap
turut tenggelam sama sekali
juga yang mengendap,
di mukamu tinggal bermain Hidup dan Mati.
Matamu menentang — sebentar dulu! —
Kau tidak gamang, hidup kau sintuh, kau cumbu,
sekarang senja gosong, tinggal abu...
Dalam tubuhmu ramping masih berkejaran
Perempuan dan Laki.

Situasi
........................................................
Tidak perempuan! yang hidup dalam diri
masih lincah mengelak dari pelukanmu gemas gelap,
bersikeras mencari kehijauan laut lain,
dan berada lagi di kapal dulu bertemu,
berlepas kemudi pada angin,
mata terpikat pada bintang yang menanti.
Sesuatu yang mengepak kembali menandungkan
Tai Po dan rahsia laut Ambon
Begitulah perempuan! Hanya suatu garis kabur
bisa dituliskan
dengan pelarian kebuntuan senyuman 

Cirebon 1946

Dari Dia (buat K)
Jangan salahkan aku, kau kudekap
bukan karena setia, lalu pergi gemerencing ketawa!
Sebab perempuan susah mengatasi
keterharuan penghidupan yang ‘kan dibawakan
padanya...
Sebut namaku! ‘ku datang kembali ke kamar
Yang kautandai lampu merah, kaktus di jendela,
Tidak tahu buat berapa lama, tapi pasti di senja samar
Rambutku ikal menyinar, kau senapsu dulu kuhela
Sementara biarkan ‘ku hidup yang sudah
dijalinkan dalam rahsia... 

Cirebon 1946

Kepada Kawan
Sebelum Ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah terkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!! 

30 November 1946

Pemberian Tahu
Bukan maksudku mau berbagi nasib,
nasib adalah kesunyian masing-masing.
Kupilih kau dari yang banyak, tapi
sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring.
Aku pernah ingin benar padamu,
Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali,
Kita berpeluk ciuman tidak jemu,
Rasa tak sanggup kau kulepaskan.
Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,
Aku memang tidak bisa lama bersama
Ini juga kutulis di kapal, di laut tidak bernama! 

1946

Sorga*
buat Basuki Resobowo
Seperti ibu + nenekku juga
tambah tujuh keturunan yang lalu
aku minta pula supaya sampai di sorga
yang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai susu
dan bertabur bidari beribu
Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
nekat mencemooh: Bisakah kiranya
berkering dari kuyup laut biru,
gamitan dari tiap pelabuhan gimana?
Lagi siapa bisa mengatakan pasti
di situ memang memang ada bidari
suaranya berat menelan seperti Nina, punya
kerlingnya Jati? 

Malang, 25 Februari 1947

Sajak Buat Basuki Resobowo*
Adakah jauh perjalanan ini?
Cuma selenggang! — Coba kalau bisa lebih!
Lantas bagaimana?
Pada daun gugur tanya sendiri,
Dan sama lagu melembut jadi melodi!
Apa tinggal jadi tanda mata?
Lihat pada betina tidak lagi menengadah
Atau bayu sayu, bintang menghilang!
Lagi jalan ini berapa lama?
Boleh seabad... aduh sekerdip saja!
Perjalanan karna apa?
Tanya rumah asal yang bisu!
Keturunanku yang beku di situ!
Ada yang menggamit?
Ada yang kehilangan?
Ah! jawab sendiri! — Aku terus gelandangan.... 

28 Februari 1947

Dua Sajak Buat Basuki Resobowo**

I
Adakah jauh perjalanan ini?
Cuma selenggang! — Coba kalau bisa lebih!
Lantas bagaimana?
Pada daun gugur tanya sendiri,
Dan sama lagu melembut jadi melodi!
Apa tinggal jadi tanda mata?
Lihat pada betina tidak lagi menengadah
Atau bayu sayu, bintang menghilang!
Lagi jalan ini berapa lama?
Boleh seabad... aduh sekerdip saja!
Perjalanan karna apa?
Tanya rumah asal yang bisu!
Keturunanku yang beku di situ!
Ada yang menggamit?
Ada yang kehilangan?
Ah! jawab sendiri — Aku terus gelandangan....

II
Seperti ibu + nenekku juga
tambah tujuh keturunan yang lalu
aku minta pula supaya sampai di sorga
yang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai susu
dan bertabur bidari beribu
Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
nekat mencemooh: Bisakah kiranya
berkering dari kuyup laut biru,
gamitan dari tiap pelabuhan gimana?
Lagi siapa bisa mengatakan pasti
di situ memang ada bidari
Suaranya berat menelan seperti Nina, punya
kerlingnya Jati? 

Malang, 28 Februari 1947

Malam Di Pegunungan
Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan! 

1947

Tuti Artic
Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,
Adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;
Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola.
Isteriku dalam latihan: kita hentikan jam berdetik.
Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa
— ketika kita bersepeda kuantar kau pulang —
Panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,
Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.
Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;
Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:
Sorga hanya permainan sebentar.
Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi... hati terlantar,
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

1947

Persetujuan Dengan Bung Karno
Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengar bicaramu,
dipanggang atas apimu, digarami oleh lautmu 

Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh 

1948

Sudah Dulu Lagi*
Sudah dulu lagi terjadi begini
Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil
Jangan tanya mengapa jari cari tempat di sini
Aku tidak tahu tanggal serta alasan lagi
Dan jangan tanya siapa akan menyiapkan liang
penghabisan
Yang akan terima pusaka: kedamaian antara
runtuhan menara
Sudah dulu lagi, sudah dulu lagi
Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil.
 
1948

Ina Mia
Terbaring di rangkuman pagi
— hari baru jadi —
Ina Mia mencari
hati impi,
Teraba Ina Mia
kulit harapan belaka
Ina Mia
menarik napas panjang
di tepi jurang
napsu
yang sudah lepas terhembus,
antara daun-daunan mengelabu
kabut cinta lama, cinta hilang
Terasa gentar sejenak
Ina Mia menekan tapak di hijau rumput,
Angin ikut
— dayang penghabisan yang mengipas —
Berpaling
kelihatan seorang serdadu mempercepat langkah di tekongan. 

1948

Perjurit Jaga Malam*
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam,
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu....
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu! 

1948

Puncak
Pondering, pondering on you, dear....
Minggu pagi di sini. Kederasan ramai kota yang terbawa
tambah penjoal dalam diri — diputar
atau memutar —
terasa tertekan; kita berbaring bulat telanjang
Sehabis apa terucap di kelam tadi, kita habis kata sekarang.
Berada 2000 m. jauh dari muka laut, silang siur
pelabuhan,
jadi terserah pada perbandingan dengan
cemara bersih hijau, kali yang bersih hijau
Maka cintaku sayang, kucoba menjabat tanganmu
mendekap wajahmu yang asing, meraih bibirmu di balik rupa.
Kau terlompat dari ranjang, lari ke tingkap yang
masih mengandung kabut, dan kau lihat di sana,
bahwa antara
cemara bersih hijau dan kali gunung bersih hijau
mengembang juga tanya dulu, tanya lama, tanya. 

1948

Buat Gadis Rasid
Antara
daun-daun hijau
padang lapang dan terang
anak-anak kecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian
burung-burung merdu
hujan segar dan menyebar
bangsa muda menjadi, baru bisa bilang “aku”
Dan
angin tajam kering, tanah semata gersang
pasir bangkit mentanduskan, daerah dikosongi
Kita terapit, cintaku
— mengecil diri, kadang bisa mengisar setapak
Mari kita lepas, kita lepas jiwa mencari jadi merpati
Terbang
mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat
— the only possible non-stop flight
Tidak mendapat. 

1948

Selama Bulan Menyinari Dadanya*
Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam
ranjang padang putih tiada batas
sepilah panggil-panggilan
antara aku dan mereka yang bertolak
Aku bukan lagi si cilik tidak tahu jalan
di hadapan berpuluh lorong dan gang
menimbang:
ini tempat terikat pada Ida dan ini ruangan “pas bebas”
Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam
ranjang padang putih tiada batas
sepilah panggil-panggilan
antara aku dan mereka yang bertolak
Juga ibuku yang berjanji
tidak meninggalkan sekoci.
Lihatlah cinta jingga luntur:
Dan aku yang pilih
tinjauan mengabur, daun-daun sekitar gugur
rumah tersembunyi dalam cemara rindang tinggi
pada jendela kaca tiada bayang datang mengambang
Gundu, gasing, kuda-kudaan, kapal-kapalan di
zaman kanak,
Lihatlah cinta jingga luntur:
Kalau datang nanti topan ajaib
menggulingkan gundu, memutarkan gasing
memacu kuda-kudaan, menghembus kapal-kapalan
aku sudah lebih dulu kaku. 

1948

Mirat Muda, Chairil Muda (Di Pegunungan 1943)
Dialah, Miratlah, ketika mereka rebah,
Menatap lama ke dalam pandangnya
coba memisah matanya menantang
yang satu tajam dan jujur yang sebelah.
Ketawa diadukannya giginya pada
mulut Chairil; dan bertanya: Adakah, adakah
kau selalu mesra dan aku bagimu indah?
Mirat raba urut Chairil, raba dada
Dan tahulah dia kini, bisa katakan
dan tunjukkan dengan pasti di mana
menghidup jiwa, menghembus nyawa
Liang jiwa-nyawa saling berganti. Dia
rapatkan
Dirinya pada Chairil makin sehati;
hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas
Hiduplah Mirat dan Chairil dengan deras,
menuntut tinggi tidak setapak berjarak
dengan mati. 

1949

Buat Nyonya N.
Sudah terlampau puncak pada tahun yang lalu,
dan kini dia turun ke rendahan datar.
Tiba di puncak dan dia sungguh tidak tahu,
Burung-burung asing bermain keliling kepalanya
dan buah-buah hutan ganjil mencap warna pada gaun.
Sepanjang jalan dia terkenang akan jadi satu
Atas puncak tinggi sendiri
berjubah angin, dunia di bawah dan lebih dekat kematian
Tapi hawa tinggal hampa, tiba di puncak dia
sungguh tidak tahu
Jalan yang dulu tidak akan dia tempuh lagi,
Selanjutnya tidak ada burung-burung asing, buah - buah pandan ganjil
Turun terus. Sepi.
Datar-lebar-tidak bertepi 

1949

Aku Berkisar Antara Mereka
Aku berkisar antara mereka sejak terpaksa
Bertukar rupa di pinggir jalan, aku pakai mata mereka
pergi ikut mengunjungi gelanggang bersenda:
kenyataan-kenyataan yang didapatnya.
(bioskop Capitol putar film Amerika,
lagu-lagu baru irama mereka berdansa)
Kami pulang tidak kena apa-apa
Sungguhpun Ajal macam rupa jadi tetangga
Terkumpul di halte, kami tunggu trem dari kota
Yang bergerak di malam hari sebagai gigi masa.
Kami, timpang dan pincang, negatip dalam janji juga
Sandarkan tulang belulang pada lampu jalan saja,
Sedang tahun gempita terus berkata.
Hujan menimpa. Kami tunggu trem dari kota.
Ah hati mati dalam malam ada doa
Bagi yang baca tulisan tanganku dalam cinta mereka
Semoga segala sypilis dan segala kusta
(Sedikit lagi bertambah derita bom atom pula)
Ini buktikan tanda kedaulatan kami bersama
Terimalah duniaku antara yang menyaksikan bisa
Kualami kelam malam dan mereka dalam diriku pula. 

1949

Yang Terampas Dan Yang Putus*
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d.) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku 

1949

Derai - Derai Cemara*
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah 

1949

Aku Berada Kembali*
Aku berada kembali. Banyak yang asing:
air mengalir tukar warna, kapal-kapal, elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
rasa laut telah berubah dan kupunya wajah
juga disinari matari
lain.
Hanya
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelak-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Telinga kiri masih terpaling
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar seterang guruh. 

1949

Sajak Sanduran
Kepada Peminta -Minta
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga.
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah.
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku. 

Juni 1943

Kerawang - Bekasi
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi. 

1948

Aku mau hidup seribu tahun lagi”, tulis Chairil Anwar dalam sajak “Aku” atau “Semangat” pada tahun 1943, ketika ia berumur 20 tahun. Enam tahun kemudian ia meninggal dunia, di makamkan di Karet, yang disebutnya sebagai “daerahku y.a.d.” dalam “Yang Terampas dan Yang Putus” — sajak yang ditulisnya beberapa waktu menjelang kematiannya pada tahun 1949. tanggal 28 April hari kematian Chairil Anwar — sebagai Hari Sastra Penolakan tanggal 28 April sebagai Hari Sastra menyiratkan kenyataan bahwa penyair ini memang sungguh-sungguh di anggap memainkan peranan menentukan dalam perkembangan sastra kita. Ia tumbuh di zaman yang sangat ribut, menegangkan, dan bergerak cepat.

Peristiwa - peristiwa penting susul-menyusul; untuk pertama kalinya sejak di jajah Belanda negeri ini membukakan diri lebar-lebar terhadap segala macam pengaruh dari luar. Pemuda yang pendidikan formalnya tidak sangat tinggi ini harus menghadapi serba pengaruh itu; dan ia pun tidak hanya mengenal para sastrawan Belanda yang di cantumkan dalam pelajaran sekolah, tetapi juga membaca karya sastrawan sezaman dari Eropa dan Amerika, seperti T.S. Eliot, Archibald MacLeish, W.H. Auden, John Steinbeck, dan Ernest Hemingway. Ia sempat menerjemahkan beberapa di antaranya, atau menyadurnya, atau mencuri beberapa larik dan ungkapannya tidak dikuasai sepenuhnya oleh yang di bacanya, tetapi berusaha benar-benar untuk menguasainya. Hasilnya adalah antara lain sajak saduran “Krawang-Bekasi” (dari karya MacLeish) dan terjemahan “Huesca” (dari karya John Cornford, seorang penyair yang tidak begitu terkenal). Sadurannya itu boleh di katakan sudah menjadi milik umum di sini, sedangkan “Huesca” membuktikan keunggulannya sebagai penerjemah puisi. Dan ia telah pula berhasil mencuri dari khasanah sastra dunia demi puisi yang di tulisnya; kata T.S. Eliot, penyair yang salah sebuah sajaknya telah di terjemahkan Chairil Anwar, “penyair teri meminjam, penyair kakap mencuri.” Seperti perubahan yang sangat cepat di sekelilingnya, Chairil Anwar pun tumbuh sangat cepat, dan raganya layu dengan cepat pula. Ketika meninggal, mungkin sekali ia sudah berada di puncak kepenyairannya, tetapi mungkin juga ia masih akan menghasilkan sajak-sajak yang lebih unggul lagi seandainya dia hidup lebih lama.

Tetapi mungkin ia malah berhenti menulis puisi dan memasuki dunia politik atau dagang seandainya di karuniai umur panjang. Sebaiknya, kita tidak usah saja membuat pengandaian. Chairil Anwar tidak bisa bekerja lebih lama. Ia telah meninggalkan sejumlah sajak untuk kita. Tidak ada hasil kerja manusia yang sempurna. Sebagian besar sajak Chairil Anwar mungkin sekali sudah merupakan masa lampau, yang tidak cukup pantas diteladani para sastrawan sesudahnya. Namun, beberapa sajaknya yang terbaik menunjukkan bahwa ia telah bergerak begitu cepat ke depan, sehingga bahkan bagi banyak penyair masa kini taraf sajak-sajaknya tersebut bukan merupakan masa lampau tetapi masa depan, yang mungkin hanya bisa dicapai dengan bakat, semangat, dan kecerdasan yang tinggi.meninggal pada 28 april 1949