Jumat, 18 Februari 2022

Novel Mirai

 



 

Awan putih menyelimuti langit Yokohama, menunjukkan salju bisa turun kapan saja. Yokohama Prince Hotel yang ada di atas bukit telah lama dihancurkan, digantikan deretan gedung apartemen baru, kereta di jalur Negishi berubah dari tipe E209 menjadi tipe E233

 

Kun Oota berumur 4 tahun lebih 2 setengah bulan. Ibu Kun melahirkan lebih awal dari perkiraan, nenek Kun datang dari kampung untuk membantu selama seminggu sementara ibu Kun di rumah sakit, sementara ayah Kun sedikit demi sedikit mulai mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan si bayi

 

Rumah ini dibangun dengan kemiringan lahan. 5 ruangan dan taman tengah tersambung satu dengan yang lainnya dengan kemiringan seperti anak tangga, sekitar semeter ke bawah terdapat kamar tidur, lebih ke bawah lagi terdapat ruang tamu disusul dengan dapur dan ruang makan di paling bawah, di balik pintu kaca dan turun selangkah ke bawah, terbentang halaman tempat pohon kecil berdiri selangkah dari sana ada ruang bermain anak, beda ketinggian satu meter menjadi pemisah dari masing ruangan, jika sedang dikamar tidur, pemandangan ke bawah ke ruang bermain terlihat, rumah ini tak memiliki dinding, pemisah yang umum ada rumah kebanyakan, tapi itu membuat nenek tak nyaman, teras depan rumah terletak beberapa anak tangga di bawah halaman, teras depan hanya berupa pintu kayu tebal tanpa area melepas sepatu seperti layaknya rumah Jepang, aturannya sepatu tidak dilepaskan disini, melainkan di atas keset yang ada di depan pintu kaca selepas melewati halaman, dan peraturan itu sangat menganggu nenek, perancang rumah itu adalah ayah Kun yang merupakan seorang arsitek

 

Rumput tumbuh di tanah berbentuk kotak di tengahnya berdiri pohon ek, pohon ek itu adalah jenis pohon ek daun bambu

 

Kun mempunyai adik perempuan

 

Salah satu alasan tidak memasang dinding penyekat adalah untuk memanfaatkan cahaya dan aliran udara

 

Pintu teras yang terbuat dari kayu alami berasal dari rumah lama, yang dipasang kembali dirumah  baru, selain genting oranye yang khas, ada tripleks yang digunakan sebagai pintu kabinet yang diletakkan di ruang tamu sampai ruang makan, pada salah satu tripleks yang terbakar matahari masih tertinggal jejak jam bulat yang pernah digantung dan ayah sengaja menaruh di tempat yang terlihat dan tak ada hubungan dengan daur ulang untuk menghemat biaya

 

Ibunya bekerja sementara ayahnya mengurus bayi di rumah

 

Kun selalu mengurung diri di tenda yang ada di pojokan ruang bermain, tenda berwarna merah dan kuning seperti tenda sirkus, dindingnya ada selembar foto Kun bersama orang tuanya yang terpajang diantara lukisan, surat dan bunga kering. Kun merasa dia tidak disayang lagi karena kehadiran adiknya. Kun marah karena ibunya lebih menyayangi adiknya dan Kun melempar kereta Doctor Yellow ke kepala adiknya, saat itu Kun mendapati halaman yang ditumbuhi satu pohon ek sekarang berubah menjadi pemandangan yang sama sekali berbeda, pemandangan yang ada di hadapannya sekarang adalah bekas gereja tua bernuansa gotik yang terbengkalai, gereja itu tidak memiliki atap dan langit, pada kedua dinding sudah rusak, daun rambat tumbuh rapat menjalar di jendela tinggi berujung lancip, di tengah tanah berbatu terdapat air amncur berbentuk bulat rendah yang terus mengalirkan air, lengkap dengan bangku kayu yang mengelilinginya

 

Dibangku itu ada laki duduk bersila, cahaya matahari berlapis dari jendela membuat Kun tak bisa melihat sosoknya dengan jelas tapi sepertinya laki – laki itu yang bicara, laki itu mengitari air mancur lalu melangkah ke arah Kun dengan kepala tertunduk

 

Laki – laki itu adalah Yukko,  dia punya ekor dan muncul telinga panjang di kedua sisi kepala, janggut panjang muncul di pipi dan hidungnya berubah menjadi bulat dan hitam, kedua tangannya menempel di tanah dan kepalanya terangkat  lalu Kun berubah menjadi anjing, Kun berubah sebentar menjadi Yukko (anjing) dan dia senang karena dipanggil Yukko dan diakui keberadaannya. Menurut orangtuanya Kun sangat keras kepala dan mudah berubah

 

Orangtuanya menamai adiknya Mirai (masa depan)

 

Boneka Ohina digunakan untuk Festival Anak Perempuan agar anak tumbuh sehat, orangtuanya memasang boneka bangsawan sepasang pria dan wanita, boneka itu dipajang di ruang makan mulai pertengahan Februaru atau beberapa waktu menjelang hari Festival Anak Perempuan pada 3 Maret sedangkan kardus tempat penyimpanan diletakkan di sudut ruang tamu agar tidak menganggu

 

Tibalah, 3 Maret meski festival ini disebut festival buah persik tapi tak banyak bunga mekar di musim ini termasuk bunga persik, ibu menaruh bunga canola dan quince yang berhasil di temukannya ke dalam vas

 

Ada noda memar berukuran relatif besar dari pangkalan ibu jari sampai ke pergelangan tangan Mirai

 

Kakek buyutnya masih hidup hingga 94 tahun dan suatu pagi kakek buyut ambruk dan meninggal

 

Anak perempuan akan telat menikah kalau boneka itu tak segera disimpan setelah perayaan selesai, telat satu hari sama dengan satu tahun

 

Proyek yang ayah kerjakan setelah menjadi pekerja lepas secara tak terduga mendapat banyak penghargaan, tawaran proyek berdatangan dari dalam dan luar negeri dalam skala besar maupun kecil, jadwalnya terisi bahkan sampai jauh ke depan

 

Halaman rumah Kun kini ditumbuhi satu pohon ek berubah menjadi pemandangan asing, sekelilingnya tau dipenuhi dipenuhi tumbuhan tropis, ada tumbuhan asoka, alocasia, angiopteris Iygodiifolia, butun, aglonema dan serai, palem kipas, pandanus, bintaro dan ficus benjamin, aneka tanaman tumbuh berjejalan rapat seolah saling bersaing, Kun melihat ke sekeliling seolah sedang melihat ensiklopedia bergambar, dia menemukan kue ikan paus, kue gurita, kue landak laut, dia jauh dari jalanan berubin dan kini tiba di jalanan berlumut, dia mengambil kue cumi yang ada di depan daun pakis, kemudian mengambil kue berbentuk lumba yang ada di depannya tiba – tiba ia terpendam, dia melihat sepatuh kulit berwarna cokelat dan kaus kaki putih yang terlipas, seekor kupu – kupu biru cerah terbang mengelilingi benda itu, dia bertemu seorang gadis asing SMP dengan model pelaut warna biru laut dan syal merah berdiri gagah di depan daun pisang Jepang berukuran besar, mata bulat besarnya melihat ke arah Kun, rambutnya hitam sebahu dengan ujung bergelombang, paduan seragam pelaut dan pohon pisang cukup aneh dan ditambah dengan kue lumba di antara hidung dan bibirnya

 

Mirai menunjuk boneka dari Festival anak perempuan

 

Mirai dari masa depan bertemu dengan Kun, ayah sempat curiga karena melihat sarung tangan putih yang muncul secara misterius dan menghilang

 

Misi utama Kun. Mirai dan Yukko adalah menyimpan boneka itu ke dalam kardus, Yukko memindahkan bunga tachibana oranye ke kiri boneka perempuan dan mengangkat boneka laki dengan kedua tangannya, bagian yang mencuat di atas kepala boneka laki perlu dilepaskan, bagian atas kepala dimiringkan ke kiri dan kanan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk, ia meletakkan bagian itu diatas foto kemudian mencari bagian yang disebut tongkat kerajaan, benda berbentuk papan yang ada di tangan kanan. Ayahnya mengalami fenomena aneh karena ulah Mirai dari masa depan, Kun dan Yukko. Kun bercerita ke orangtuanya jika dia bertemu dengan Mirai dari masa depan

 

Adik ibu bernama Yoichi hanya beda setahun. Ibunya tidak suka Kun selalu meminta sesuatu

 

Di depannya lagi terpampang padang rumput hijau luas tak berbatas yang membentang hingga ke horizon seperti sebuah benua, beberapa gunung raksasa berbentuk seperti meja menjulang di hadapannya. Mirai dari masa depan berdiri di samping pohon ek, ia mengenakan sepatu bot kuning yang tingginya sampai di bawah lutut hijau limau, lengan jas hujan panjang menutupi lengan, menciptakan siluet seperti ponco dan membuat Mirai terlihat imut. Mereka berenang membentuk spiral yang menjadi bagian dari spiral berkuran lebih besar dan spiral itu merupakan bagian dari spiral yang lebih besar dan seterusnya, spiral yang mereplikasi diri seperti terus – menerus mengembang tanpa batas, ketika sampai di tempat kemana ikan itu membimbingnya, Kun melihat seberkas cahaya, cahaya yang menyilaukan datang mendekat, terlihat buih di depan mata, Kun membentur permukaan laut dan menembusnya, Kun meluncur dengan kepala terlebih dulu, ia jatuh di genanan air tipis di permukaan jalan, menimbulkan percikan dan riak air, kun mengerang dan menggoyangkan kepala hingga butiran air memercik dan menimbulkan riak lain

 

Di berada di tempat asing, jalan belakang yang basah bekas hujan, jalanan itu sepi hanya ada dua mobil berpapasan dan di pinggir jalan berjajar toko pribadi dengan papa nama bertuliskan sake, rokok, pakaian, garam, dll. lampu mobil kotak dan bulat, ada mesin penjual minuman otomatis berisi mereka yang belum pernah didengar, tulisan cetak foto satu lembar 20 Yen, terpasang bukan di toko kamera tapi toko obat,  atap menghitam pada toko kontras dengan refleksi awan putih pada aspal basah, menunjukkan masa yang berada ditengah, ada deretan rumah kuno terbuat dari kayu dan beratapkan genting, lalu ada toko pangkas rambut bernuansa kuno dengan jejeran pot tanaman di depannya, payung merah tersandar ditiang listik, ada anak perempuan berambut panjang yang berjongkok dengan punggung membungkuk, anak itu terlihat sedikit lebih tua dari Kun, mungkin sekitar kelas satu SD, Kun mendekati dan mencoba melihat wajahnya karena anak itu terlihat sedih, anak itu adalah ibunya semasa kecil yang pura – pura menangis, ibunya berhenti di klinik Ikeda, bagian rumah utama dari rumah itu bergaya tradisional Jepang yang tersambung dengan klinik bergaya paduan Jepang dan Barat, menurut anak itu, rumah direnovasi sekitar awal zaman Showa (salah satu era di Jepang yang berlangsung dari tahun 1926 - 1989

 

Ibunya menulis surat untuk nenek karena ingin memelihara kucing, neneknya melarang untuk memelihara kucing karena alergi binatang

 

Dulu di Taman Hutan Negishi pernah ada arena pacuan kuda Negishi tempat diselenggarakannya pacuan kuda ala Barat pertama di Jepang setelah Perang Dunia II usai, pengelolaannya berada di bawah pengawasan pasukan Amerika tapi setelah kontrol dikembalikan ke pihak Jepang, pemerintah kota mengubahnya menjadi taman, peninggalan sejarah yang masih tersisa hanyalah tribun penonton berlantai 7 yang disebut Tribun Penonton Pacuan Kuda kelas 1 yang didirikan pada tahun 1929, saat ini tempat itu sudah rusak dan dipenuhi daun rambat, di sebelah tribun, terdapat lapangan kecil berbentuk lingkaran

 

Saat Kun sedang berlatih sepeda dengan Mirai dan ayahnya. Kun merasa ayahnya lebih senang mengajari Mirai latihan sepeda. Dan Kun seperti tidak dipedulikan, tiba – tiba timbul angin kencang yang mengerikan, cahaya matahari yang menyilaukan, serta bunyi deru mesin yang memekakkan telinga, kuatnya tekanan angin membuat Kun terdorong ke belakang dan menyebabkan rambutnya berantakan serta pipinya bergoyang, tubuhnya terombang – ambing kanan dan kiri, ia menyipitkan mata dan dari celah mata terlihat mesin bintang dan baling bergerak cepat, pohon ek bergoyang kencang seolah berada di tengah pusaran badai dan badai itu terus mendorong pohon ke depan dan ke belakang, badai itu menerbangkna Kun seperti dedaunan, tercium campuran bau debu, minyak mesin dan dupa yang membuat Kun tanpa sadar tersedak, dan dia berada di salah satu sudut tempat yang mirip pabrik bersuasana gelap, salah satu sudutnya diisi dengan tumpukan entah bahan material atau bahan yang tak lagi terpakai, cahaya matahari masuk dari celah dinding kayu dan menerangi pusaran asap, Kun menemukan benda 2 setel silinder yang masing setel terdiri dari 7 buah dan disusun dalam pola menyerupai jari, jelas itu motor bakar torak untuk pesawat, ini mesin yang sama dengan mesin berbentuk bintang tapi mesin yang ada di hadapannya terpasang di sebuah tumpuan dan ditutupi terpal. Tak ada baling dan tak dipindahkan, dia juga menemukan sejumlah mesin besar yang tak sesuai untuk ukuran pabrik kecil, ada tempat tidur gantung, asap obat nyamuk, dan persik yang diletakkan di permukaan bangku panjang, sebuah motor yang dirakit berada di atas pelat, didekatnya ada kaleng cat yang terbuka dan mesin siap pakai berkepala silinder di kanan kiri terpasang pada bingkai tiang penopang yang tampak baru dilas, suara itu berasal dari sini, tangki bahan bakar belum terpasang sehingga bahan bakar di teteskan dari botol yang digantung, dia melihat ada laki sedang menyetel karburator

 

Pabrik itu dibangun tersembunyi di dalam huta, pipa saluran air dan listrik dipasang terekspos di dinding berlapis papan, jalan hutan dilapisi semen tebal yang kasar, seolah seseorang membangunnya dengan terburu dan membiarkannya seperti tak memerlukannya lagi

 

Dari sana, Kun bisa melihat Tanjung Honmoku yang menjorok, samar terdengar suara anak dari Pantai Byobugaura, pohon pinus di Gunung Shirahata dan Semenanjung Boso yang samar di seberang alutan, Trem kota Yokohama berderak melewati jalan nasional yang bersisian dengan garis pantai menuju ke arah Sugita, disepanjang jalan terlihat atap genting, bahkan juga beberapa atap jerami tua

 

Kaki pemuda yang ditemui Kun bengkok, ujung telapak kaki kana mengarah ke samping itu terjadi ketika masa perang, perahunya terbalik

 

Pemuda itu mengajak Kun berkeliling desa dengan kuda

 

Disisi seberang terbing terlihat ladang terasering yang dipenuhi kentang, ubi ungu dan ubi manis, Kun merasakan ritme gerakan otot kuda yang teratur bahkan dari atas sadel, dia melihat tribun penonton yang sudah rusak di Taman Hutan Negishi di desa itu, pemuda ini menyerupai ayahnya atau mungkin ayahnya semasa muda dan begitu sadar Kun sedang menaiki motor membelah jalan nasional di sepanjang tepi teluk

 

Ayahnya dulu bekerja di perusahaan pesawat terbang, pabrik besar dengan atap berbentuk gergaji berdiri di tanah reklamasi, mesin pesawat 14 silinder yang dilihatnya di pabrik yang ada dalam hutan itu kemungkinan dibuat disini, namun sama sekali tak terlihat tanda keberadaan orang di balik jendela, seakan tempat itu sudah mati, mereka sampai di terowongan Funakoshi, Tanuora, pelabuhan Yokosuka, di masa lalu sepanjang teluk di pelabuhan Yokosuka dibangun dinding tinggi untuk menyembunyikan kegiatan rahasia di pelabuhan tapi dinding sudah tidak ada lagi, yang terlihat sekarang hammerhead crane and jib crane yang berjajar menjulang tinggi melebihi tiang kapal Amerika yang berlabuh, disebelah kanan, tepatnya di tempat Tambatan 2, Kun melihat gantry crane menjulan, mereka melihat tentara asing melewati Klub EM, Pantai Mabori berpapasan dengan truk usang yang penuh muatan material, Kun menyadari hampir tak melihat mobil lain, umumnya mobil mengangkut kuda dna sapi dan saat melewati deretan rumah tua di pinggir pantai yang tenang di Hashirimizu dan memutari Tanjung Kannonzaki, mobil pengangkut kuda dan sapi jarang terlihat, Kun melihat kapal laut termasuk kapal pukat membentangkan layarnya, ada kapal pengangkut nomor 9 yang meninggalkan Teluk Tokyo dari Teluk Kuri ia melihat siluet pesawat pengangkut Hosho yang membawa orang kembali menuju Urag. Dari pantai Miura mereka memutari semenanjung ke pantai barat, matahari senja membuat laut berkilauan, motor terus melaju menyusuri jalanan kampung yang tak rata

 

Kun melihat bunyi mesinnya mirip dengan bunyi mesin tujuh silinder dua baris yang dilihat di pabrik

 

Pemuda yang ditemui Kun itu adalah kakek buyut yang meninggal tahun lalu, semasa perang kakek buyut membuat mesin pesawat tempur, setelah itu menjalani wajib militer dan bergabung dengan pasukan penyerang khusus kamikaze, kakek buyut beruntung karena bisa bertahan hidup sesudah perang mendirikan perusahaan pengembang motor

 

Mirai sudah belajar merangkak sebelum ia berumur 8 bulan, jauh lebih cepat dibandingkan Kun dulu, sekarang sudah bisa bergerak kesana kemari, itu artinya harus terus diawasi

 

Kun berdiri di peron stasiun yang kosong, Kun melihat sekeliling selain jalur kereta tunggal yang ia lohat hanya pohon ek besar berdaun lebat dan persawahan hijau yang terhampar sampai jauh,ia melihat bayangan rumah penduduk di kejauhan sana, Kun seperti berada di stasiun tak berpenghuni yang ada di ujung dunia dan mempertanyakan kereta benar datang ke tempat itu, burung walet yang ia lihat tadi terbang ke langit senja yang mulai berwarna kuning

 

Kun sudah berada di Stasiun Tokyo  tapi saat ini stasiunnya berbeda, ukurannya lebih besar, tradisional tapi kelihatannya seperti telah direnovasi dengan sentuhan keindahan fungsi industrial dan ramah pengguna, Kun merasa seperti sedang berada di bandara di luar negeri, ada kereta yang melaju cepat bukan tipe E4 atau E1, bentuknya futuristik dengan hidung panjang seperti mobil F1

 

Kun mencari ayah dan ibunya tapi tidak dia temukan orangtuanya, tiba – tiba dia melihat gambar payung, tas, dan tanda tanya di salah satu sudut papan pengumuman elektrik. Kubah utara dipenuhi orang yang bergegas pulang. Kun berdiri di depan papan Lost and Found (tempat penitipan barang hilang) tapi yang mengantre semuanya anak – anak. Kun anehnya tidak bisa mengingat nama ayah dan ibunya juga nama keluarga yang lain, dan untuk anak yang hilang akan dibawa ke negeri kesepian, sebuah papan besar bertuliskan tempat naik Shinkansen dalam berbagai bahasa terlihat tepat di belakang Kun dan di papan pengumuman elektrik tertulis Destinasi Tidak Diketahui, di bawah sangat gelap, lampu gas menyala temaram seolah tempat itu terjebak di masa lampau, ruang yang luas itu berisi sekian banyak jalur, jalur layang dan peron jumlahnya sekitar belasan atau [uluhan, masih tak ada tanda keberadaan orang lain, hanya ada kereta tipe 0, tipe 151, dan tipe 101 yang berkarat dan seolah berhantu teronggok di jalur kereta, tempat itu kuburan untuk kereta kuno yang sudah tak lagi beroperasi, Kun melihat bayangan orang berdiri dalam cahaya di peron tengah, tempat ini belum benar – benar ditinggalkan, tapi orang itu Kun yang sedang melamun, ada cahaya yang pelan membesar berkedap kedip di ujung kegelapan, kereta Shinkansen mendekat, cahaya dari bagian kepala kereta menyeramkan berasal dari 2 mata kereta yang miring ke atas seperti pisau dan dari celah mulutnya terlihat deretan gigi yang bertumpuk, badan kereta bukan dicat hita tapi ditutupi dengan sesuatu yang bukan bulu atau sisik, tapi bagian dari makhluk hidup, jendela di masing gerbong memancarkan cahaya merah dan perlahan kereta menurunkan kecepatan sebelum akhirnya berhenti, cahaya merah yang terpancar dari pintu kereta mulai berkedip dan suara mirip robot berkali – kali mengulangi pengumuman yang sama silahkan naik tapi dia ditarik paksa oleh kereta itu, kursi baris kedua dan ketiga yang menghadap ke belakang berputar sendiri menghadap ke arah Kun, tengkorak diikat di tiap kursi, ia berhasil merangkak keluar dan kedipan cahaya merah berhenti dan kekuatan yang menariknya, lenyap, dia melihat Mirai bayi berada di depan Shinkansen hitam di peron gerbong satu tapi Kun berhasil menyelamatkan adiknya karena ibunya juga menyuruhnya untuk menjaga adiknya, Mirai disuruh ke Distrik Isosio, karena Kun sudah menunggu di peron Shinkansen bawah tanah dan dia bertemu dengan Mirai dari masa depan

 

Ada permukaan tanah di langit, Kun bisa melihat padang rumput yang diterangi cahaya bulan, mereka jatuh, meluncur turun ke arah satu pohon yang ada di padang rumput, mereka terjatuh tepat diatas pohon ex, melewati terowongan dedaunan pohon ek yang ringan dan menimbulkan suara gemerisik, tiba – tiba semua yang ada di depan mata menjadi putih dan mereka berada di dalam bola besar, tempat itu merupakan ruang surealis yang dikelilingi pohon indeks melingkar, terdapat cabang pada lingkaran yang kemudian terbagi lagi menjadi cabang lain dan begitu seterusnya, ada banyak sampai bisa membuat pingsan, di tiap ujung terdapat selembar daun yang seolah menjadi penanda, dan salah satu sisi daun diberi label, pada label terukir tanda seperti alamtat, seperti indeks, Kun dan Mirai dari masa depan meluncur ke arah satu dari sekian banyak daun dan pemandangan di depan mata berubah menjadi putih, mereka turun mengikuti burung walet di bawah awan terlihat area sawah dan peternakan di terpa sinar matahari sore, Kun dan Mirai dari masa depan turun dari langit dan mendekati bangunan sekolah terbuat dari kayu di sebuah desa, di sebuah lapangan besar terlihat seorang anak laki sendirian, ia duduk di sepeda kecilnya yang menciptakan bayangan panjang akibat terpaan sinar matahari

 

Sepeda ayah terjatuh tepat bersamaan dengan seruan kaget Kun, anak laki mengempaskan tubuhnya di tanah, tarikan napas membuat dada kurus naik turun, wajah di balik kacamata menahan pedih dan air mata mengembang di matanya

 

Ayah waktu kecil tubuhnya kemah dan masih belum naik sepeda meski sudah masuk sekolah dasar, dia berlatih sambil menangis, mereka tengah meluncur di ruang indeks dengan daun berlabel dengan kecepatan tinggi, dan jatuh ke daun yang lain. Mirai dan Kun mengikuti burung walet yang terbang melingkat di atas awan dan terbang turun menuju aliran sungai di dalam gunung, mereka melihat tempat seperti lapangan olahraga yang hijau di tengah area hutan. Di salah satu sisi pagar, terlihat anak laki dengan rambut sebahu berkilauan dan seorang perempuan dewasa sedang menatap langit, anak laki itu memakai rompi bermotif belah ketupat, celana pendek, syal merah yang melilit di leher, ia terlihat seperti seorang pangeran kecil dari negara lain, perempuan itu memeluk pundak anak laki itu dengan penuh kasih sayang dan ekspresi sedih, tapi anak laki itu menatap ke atas dengan santai, anak itu Yukko, seekor anak burung berada di telapak tangan gadis itu, anak burung itu diam tak bergerak dan bercak darah terlihat menetes ke tanah, gadis itu menengadah ke langit dengan mata sembab akibat menagis, Kun teringat soal sarang burung walet yang ada di teras depan rumah gadis itu , anak burung itu dilukai oleh kucing liar, padahal ibu menyukai kucing tapi sejka itu dia jadi sulit menerima kucing

 

Mereka sudah terjatuh ke salah satu diantara ribuan daun, Kun dan Mirai melihat asap dari senjata anti pesawat udara mengapung diatas langit Yokosuka, getaran itu berasal dari selongsong yang meledak, saat itu pukul 3.30 18 Agustus 1945, dan mereka berada di Pelabuhan Militer Yokosuka, cuaca berawan, beberapa lajur air menjulur mengarah ke kapal perang Nagato, pemudan yang waktu itu ditemui Kun terlihat mengapung di dekat kapal, di suia 18 tahun pemuda dipaksa bekerja di perusahaan pembuat mesin pesawat yang terletak di tanah reklamasi Isogo, ia diberitahu kalau perusahaan memiliki proyek utuk mengembangkan mesin model baru dan membantu proyek, setelah melewati berbagai tes akhirnya diputuskan bahwa mesin itu tidak dapat digunakan dan riset terpaksa dihentikan, pemuda itu ikut bekerja dalam pembuatan mesin Sakae 21 dan 31 dihasilkan oleh Perusahaan Pesawat Udara Nakajima, seiring dengan semakin mendesaknya situasi perang, para pekerja yang lebih tua dimobilisasi, termasuk diantaranya para mekanik andal, anak muda kurang pengalaman dipanggil untuk mengisi kekosongan, pemuda itu akhirnya menjadi kepala perakitan di usia 20 tahun, situasi memburuk dan pada tahun 1945, ketika tak ada lagi mesin yang bisa dirakit, pemuda itu disertakan dalam mobilisasi untuk menjadi prajurit, ia menjadi mekanik di unit perairan, tugas para prajurti di unit perairan adalah memuat bahan bom ke kapal kayu kecil yang sudah diperbaiki dan melakukan serangan bunuh diri, unit ini salah satu unit serangan khusus yang banyak dibentuk untuk mengantisipasi serbuan negara lain ke daratan utama Jepang. Pemuda itu ditempatkan di Teluk Omura di Nagasaki untuk pelatihan, kemudian kembali ke Arsenal Angkatan Laut Yokosuka untuk menerima kapal  penyerangan khusus di bawah komando Unit Serangan Khusus ke XX pasukan menyerang ke XX, pada hari kepulangannya pemuda itu menatap jembatan pada kapal Nagato yang kembali dari laut dan sedang tertambat di tebing untuk menjadi panggung meriam anti pesawat udara, permukaan kapal sudah dicat sebagai kamuflase, satuan Tugas 38 Angkatan Laut Amerika menyerang Pelabuhan Militer Yokosuka dengan Nagato sebagai target utama, pemuda itu mengapung di laut, di sekitarnya berserakan puing jembatan yang ada di kapal Nagato beserta mayat prajurit yang terombang – ambing di ombak, kapal tripleks yang ia terima habis terbakar tak berisa, darah mengucur keluar dari tubuh terluka dan bercampur dengan air laut, tapi ia tak punya waktu untuk mengeceknya

 

Kun dan Mirai melihat kereta berjalan bersisian dengan sebuah sungai yang memiliki palung lebar, rumah penduduk dengan atap kuno berjajar rapat di sekitar stasiun, lebih jauh dari sana, sawah dan ladang membentang sejauh mata memandang, sedikit menjauh jalan utama, melihat rumah yang terlihat lebih besar dari yang lain. meski wilayah itu menjadi target pengeboman, tapi berhasil terhindar dari kerusakan serius jika dibandingkan dengan kota lain, Agustus 1946, bayang perang sudah tidak ada lagi. Mirai dan Kun turun dari langit senja. Kun ingat pagar batu, pohon pinus, dan ubi khusus buatan luar negeri yang ada dirumah, pada papan tertulis klinik Ikeda, ada pemuda yang dia temui dulu dan dia mengajak gadis di klinik Ikeda itu untuk berlari menuju pohon ek, pangkal paha pemuda itu cedera akibat ledakan bom waktu

 

Akhirnya dia sampai di titik cabang bertemu, melihat lingkaran raksasa