Awan
putih menyelimuti langit Yokohama, menunjukkan salju bisa turun kapan saja.
Yokohama Prince Hotel yang ada di atas bukit telah lama dihancurkan, digantikan
deretan gedung apartemen baru, kereta di jalur Negishi berubah dari tipe E209
menjadi tipe E233
Kun
Oota berumur 4 tahun lebih 2 setengah bulan. Ibu Kun melahirkan lebih awal dari
perkiraan, nenek Kun datang dari kampung untuk membantu selama seminggu
sementara ibu Kun di rumah sakit, sementara ayah Kun sedikit demi sedikit mulai
mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan si bayi
Rumah
ini dibangun dengan kemiringan lahan. 5 ruangan dan taman tengah tersambung
satu dengan yang lainnya dengan kemiringan seperti anak tangga, sekitar semeter
ke bawah terdapat kamar tidur, lebih ke bawah lagi terdapat ruang tamu disusul
dengan dapur dan ruang makan di paling bawah, di balik pintu kaca dan turun
selangkah ke bawah, terbentang halaman tempat pohon kecil berdiri selangkah
dari sana ada ruang bermain anak, beda ketinggian satu meter menjadi pemisah
dari masing ruangan, jika sedang dikamar tidur, pemandangan ke bawah ke ruang
bermain terlihat, rumah ini tak memiliki dinding, pemisah yang umum ada rumah
kebanyakan, tapi itu membuat nenek tak nyaman, teras depan rumah terletak
beberapa anak tangga di bawah halaman, teras depan hanya berupa pintu kayu
tebal tanpa area melepas sepatu seperti layaknya rumah Jepang, aturannya sepatu
tidak dilepaskan disini, melainkan di atas keset yang ada di depan pintu kaca
selepas melewati halaman, dan peraturan itu sangat menganggu nenek, perancang
rumah itu adalah ayah Kun yang merupakan seorang arsitek
Rumput
tumbuh di tanah berbentuk kotak di tengahnya berdiri pohon ek, pohon ek itu
adalah jenis pohon ek daun bambu
Kun
mempunyai adik perempuan
Salah
satu alasan tidak memasang dinding penyekat adalah untuk memanfaatkan cahaya
dan aliran udara
Pintu
teras yang terbuat dari kayu alami berasal dari rumah lama, yang dipasang
kembali dirumah baru, selain genting
oranye yang khas, ada tripleks yang digunakan sebagai pintu kabinet yang
diletakkan di ruang tamu sampai ruang makan, pada salah satu tripleks yang
terbakar matahari masih tertinggal jejak jam bulat yang pernah digantung dan
ayah sengaja menaruh di tempat yang terlihat dan tak ada hubungan dengan daur ulang
untuk menghemat biaya
Ibunya
bekerja sementara ayahnya mengurus bayi di rumah
Kun
selalu mengurung diri di tenda yang ada di pojokan ruang bermain, tenda
berwarna merah dan kuning seperti tenda sirkus, dindingnya ada selembar foto
Kun bersama orang tuanya yang terpajang diantara lukisan, surat dan bunga
kering. Kun merasa dia tidak disayang lagi karena kehadiran adiknya. Kun marah
karena ibunya lebih menyayangi adiknya dan Kun melempar kereta Doctor Yellow ke
kepala adiknya, saat itu Kun mendapati halaman yang ditumbuhi satu pohon ek
sekarang berubah menjadi pemandangan yang sama sekali berbeda, pemandangan yang
ada di hadapannya sekarang adalah bekas gereja tua bernuansa gotik yang
terbengkalai, gereja itu tidak memiliki atap dan langit, pada kedua dinding
sudah rusak, daun rambat tumbuh rapat menjalar di jendela tinggi berujung
lancip, di tengah tanah berbatu terdapat air amncur berbentuk bulat rendah yang
terus mengalirkan air, lengkap dengan bangku kayu yang mengelilinginya
Dibangku
itu ada laki duduk bersila, cahaya matahari berlapis dari jendela membuat Kun
tak bisa melihat sosoknya dengan jelas tapi sepertinya laki – laki itu yang
bicara, laki itu mengitari air mancur lalu melangkah ke arah Kun dengan kepala
tertunduk
Laki
– laki itu adalah Yukko, dia punya ekor
dan muncul telinga panjang di kedua sisi kepala, janggut panjang muncul di pipi
dan hidungnya berubah menjadi bulat dan hitam, kedua tangannya menempel di
tanah dan kepalanya terangkat lalu Kun
berubah menjadi anjing, Kun berubah sebentar menjadi Yukko (anjing) dan dia
senang karena dipanggil Yukko dan diakui keberadaannya. Menurut orangtuanya Kun
sangat keras kepala dan mudah berubah
Orangtuanya
menamai adiknya Mirai (masa depan)
Boneka
Ohina digunakan untuk Festival Anak Perempuan agar anak tumbuh sehat,
orangtuanya memasang boneka bangsawan sepasang pria dan wanita, boneka itu
dipajang di ruang makan mulai pertengahan Februaru atau beberapa waktu
menjelang hari Festival Anak Perempuan pada 3 Maret sedangkan kardus tempat
penyimpanan diletakkan di sudut ruang tamu agar tidak menganggu
Tibalah,
3 Maret meski festival ini disebut festival buah persik tapi tak banyak bunga
mekar di musim ini termasuk bunga persik, ibu menaruh bunga canola dan quince
yang berhasil di temukannya ke dalam vas
Ada
noda memar berukuran relatif besar dari pangkalan ibu jari sampai ke
pergelangan tangan Mirai
Kakek
buyutnya masih hidup hingga 94 tahun dan suatu pagi kakek buyut ambruk dan
meninggal
Anak
perempuan akan telat menikah kalau boneka itu tak segera disimpan setelah
perayaan selesai, telat satu hari sama dengan satu tahun
Proyek
yang ayah kerjakan setelah menjadi pekerja lepas secara tak terduga mendapat
banyak penghargaan, tawaran proyek berdatangan dari dalam dan luar negeri dalam
skala besar maupun kecil, jadwalnya terisi bahkan sampai jauh ke depan
Halaman
rumah Kun kini ditumbuhi satu pohon ek berubah menjadi pemandangan asing,
sekelilingnya tau dipenuhi dipenuhi tumbuhan tropis, ada tumbuhan asoka,
alocasia, angiopteris Iygodiifolia, butun, aglonema dan serai, palem kipas,
pandanus, bintaro dan ficus benjamin, aneka tanaman tumbuh berjejalan rapat
seolah saling bersaing, Kun melihat ke sekeliling seolah sedang melihat
ensiklopedia bergambar, dia menemukan kue ikan paus, kue gurita, kue landak
laut, dia jauh dari jalanan berubin dan kini tiba di jalanan berlumut, dia
mengambil kue cumi yang ada di depan daun pakis, kemudian mengambil kue
berbentuk lumba yang ada di depannya tiba – tiba ia terpendam, dia melihat
sepatuh kulit berwarna cokelat dan kaus kaki putih yang terlipas, seekor kupu –
kupu biru cerah terbang mengelilingi benda itu, dia bertemu seorang gadis asing
SMP dengan model pelaut warna biru laut dan syal merah berdiri gagah di depan
daun pisang Jepang berukuran besar, mata bulat besarnya melihat ke arah Kun,
rambutnya hitam sebahu dengan ujung bergelombang, paduan seragam pelaut dan
pohon pisang cukup aneh dan ditambah dengan kue lumba di antara hidung dan
bibirnya
Mirai
menunjuk boneka dari Festival anak perempuan
Mirai
dari masa depan bertemu dengan Kun, ayah sempat curiga karena melihat sarung
tangan putih yang muncul secara misterius dan menghilang
Misi
utama Kun. Mirai dan Yukko adalah menyimpan boneka itu ke dalam kardus, Yukko
memindahkan bunga tachibana oranye ke kiri boneka perempuan dan mengangkat
boneka laki dengan kedua tangannya, bagian yang mencuat di atas kepala boneka
laki perlu dilepaskan, bagian atas kepala dimiringkan ke kiri dan kanan dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk, ia meletakkan bagian itu diatas foto
kemudian mencari bagian yang disebut tongkat kerajaan, benda berbentuk papan
yang ada di tangan kanan. Ayahnya mengalami fenomena aneh karena ulah Mirai
dari masa depan, Kun dan Yukko. Kun bercerita ke orangtuanya jika dia bertemu
dengan Mirai dari masa depan
Adik
ibu bernama Yoichi hanya beda setahun. Ibunya tidak suka Kun selalu meminta
sesuatu
Di
depannya lagi terpampang padang rumput hijau luas tak berbatas yang membentang
hingga ke horizon seperti sebuah benua, beberapa gunung raksasa berbentuk
seperti meja menjulang di hadapannya. Mirai dari masa depan berdiri di samping
pohon ek, ia mengenakan sepatu bot kuning yang tingginya sampai di bawah lutut
hijau limau, lengan jas hujan panjang menutupi lengan, menciptakan siluet
seperti ponco dan membuat Mirai terlihat imut. Mereka berenang membentuk spiral
yang menjadi bagian dari spiral berkuran lebih besar dan spiral itu merupakan
bagian dari spiral yang lebih besar dan seterusnya, spiral yang mereplikasi
diri seperti terus – menerus mengembang tanpa batas, ketika sampai di tempat
kemana ikan itu membimbingnya, Kun melihat seberkas cahaya, cahaya yang
menyilaukan datang mendekat, terlihat buih di depan mata, Kun membentur
permukaan laut dan menembusnya, Kun meluncur dengan kepala terlebih dulu, ia
jatuh di genanan air tipis di permukaan jalan, menimbulkan percikan dan riak
air, kun mengerang dan menggoyangkan kepala hingga butiran air memercik dan
menimbulkan riak lain
Di
berada di tempat asing, jalan belakang yang basah bekas hujan, jalanan itu sepi
hanya ada dua mobil berpapasan dan di pinggir jalan berjajar toko pribadi
dengan papa nama bertuliskan sake, rokok, pakaian, garam, dll. lampu mobil
kotak dan bulat, ada mesin penjual minuman otomatis berisi mereka yang belum
pernah didengar, tulisan cetak foto satu lembar 20 Yen, terpasang bukan di toko
kamera tapi toko obat, atap menghitam
pada toko kontras dengan refleksi awan putih pada aspal basah, menunjukkan masa
yang berada ditengah, ada deretan rumah kuno terbuat dari kayu dan beratapkan
genting, lalu ada toko pangkas rambut bernuansa kuno dengan jejeran pot tanaman
di depannya, payung merah tersandar ditiang listik, ada anak perempuan berambut
panjang yang berjongkok dengan punggung membungkuk, anak itu terlihat sedikit
lebih tua dari Kun, mungkin sekitar kelas satu SD, Kun mendekati dan mencoba
melihat wajahnya karena anak itu terlihat sedih, anak itu adalah ibunya semasa
kecil yang pura – pura menangis, ibunya berhenti di klinik Ikeda, bagian rumah
utama dari rumah itu bergaya tradisional Jepang yang tersambung dengan klinik
bergaya paduan Jepang dan Barat, menurut anak itu, rumah direnovasi sekitar
awal zaman Showa (salah satu era di Jepang yang berlangsung dari tahun 1926 -
1989
Ibunya
menulis surat untuk nenek karena ingin memelihara kucing, neneknya melarang
untuk memelihara kucing karena alergi binatang
Dulu
di Taman Hutan Negishi pernah ada arena pacuan kuda Negishi tempat
diselenggarakannya pacuan kuda ala Barat pertama di Jepang setelah Perang Dunia
II usai, pengelolaannya berada di bawah pengawasan pasukan Amerika tapi setelah
kontrol dikembalikan ke pihak Jepang, pemerintah kota mengubahnya menjadi
taman, peninggalan sejarah yang masih tersisa hanyalah tribun penonton
berlantai 7 yang disebut Tribun Penonton Pacuan Kuda kelas 1 yang didirikan
pada tahun 1929, saat ini tempat itu sudah rusak dan dipenuhi daun rambat, di
sebelah tribun, terdapat lapangan kecil berbentuk lingkaran
Saat
Kun sedang berlatih sepeda dengan Mirai dan ayahnya. Kun merasa ayahnya lebih
senang mengajari Mirai latihan sepeda. Dan Kun seperti tidak dipedulikan, tiba
– tiba timbul angin kencang yang mengerikan, cahaya matahari yang menyilaukan,
serta bunyi deru mesin yang memekakkan telinga, kuatnya tekanan angin membuat
Kun terdorong ke belakang dan menyebabkan rambutnya berantakan serta pipinya
bergoyang, tubuhnya terombang – ambing kanan dan kiri, ia menyipitkan mata dan
dari celah mata terlihat mesin bintang dan baling bergerak cepat, pohon ek
bergoyang kencang seolah berada di tengah pusaran badai dan badai itu terus
mendorong pohon ke depan dan ke belakang, badai itu menerbangkna Kun seperti
dedaunan, tercium campuran bau debu, minyak mesin dan dupa yang membuat Kun
tanpa sadar tersedak, dan dia berada di salah satu sudut tempat yang mirip
pabrik bersuasana gelap, salah satu sudutnya diisi dengan tumpukan entah bahan
material atau bahan yang tak lagi terpakai, cahaya matahari masuk dari celah
dinding kayu dan menerangi pusaran asap, Kun menemukan benda 2 setel silinder
yang masing setel terdiri dari 7 buah dan disusun dalam pola menyerupai jari,
jelas itu motor bakar torak untuk pesawat, ini mesin yang sama dengan mesin
berbentuk bintang tapi mesin yang ada di hadapannya terpasang di sebuah tumpuan
dan ditutupi terpal. Tak ada baling dan tak dipindahkan, dia juga menemukan
sejumlah mesin besar yang tak sesuai untuk ukuran pabrik kecil, ada tempat
tidur gantung, asap obat nyamuk, dan persik yang diletakkan di permukaan bangku
panjang, sebuah motor yang dirakit berada di atas pelat, didekatnya ada kaleng
cat yang terbuka dan mesin siap pakai berkepala silinder di kanan kiri
terpasang pada bingkai tiang penopang yang tampak baru dilas, suara itu berasal
dari sini, tangki bahan bakar belum terpasang sehingga bahan bakar di teteskan
dari botol yang digantung, dia melihat ada laki sedang menyetel karburator
Pabrik
itu dibangun tersembunyi di dalam huta, pipa saluran air dan listrik dipasang
terekspos di dinding berlapis papan, jalan hutan dilapisi semen tebal yang
kasar, seolah seseorang membangunnya dengan terburu dan membiarkannya seperti
tak memerlukannya lagi
Dari
sana, Kun bisa melihat Tanjung Honmoku yang menjorok, samar terdengar suara
anak dari Pantai Byobugaura, pohon pinus di Gunung Shirahata dan Semenanjung
Boso yang samar di seberang alutan, Trem kota Yokohama berderak melewati jalan
nasional yang bersisian dengan garis pantai menuju ke arah Sugita, disepanjang
jalan terlihat atap genting, bahkan juga beberapa atap jerami tua
Kaki
pemuda yang ditemui Kun bengkok, ujung telapak kaki kana mengarah ke samping
itu terjadi ketika masa perang, perahunya terbalik
Pemuda
itu mengajak Kun berkeliling desa dengan kuda
Disisi
seberang terbing terlihat ladang terasering yang dipenuhi kentang, ubi ungu dan
ubi manis, Kun merasakan ritme gerakan otot kuda yang teratur bahkan dari atas
sadel, dia melihat tribun penonton yang sudah rusak di Taman Hutan Negishi di
desa itu, pemuda ini menyerupai ayahnya atau mungkin ayahnya semasa muda dan
begitu sadar Kun sedang menaiki motor membelah jalan nasional di sepanjang tepi
teluk
Ayahnya
dulu bekerja di perusahaan pesawat terbang, pabrik besar dengan atap berbentuk
gergaji berdiri di tanah reklamasi, mesin pesawat 14 silinder yang dilihatnya
di pabrik yang ada dalam hutan itu kemungkinan dibuat disini, namun sama sekali
tak terlihat tanda keberadaan orang di balik jendela, seakan tempat itu sudah
mati, mereka sampai di terowongan Funakoshi, Tanuora, pelabuhan Yokosuka, di
masa lalu sepanjang teluk di pelabuhan Yokosuka dibangun dinding tinggi untuk
menyembunyikan kegiatan rahasia di pelabuhan tapi dinding sudah tidak ada lagi,
yang terlihat sekarang hammerhead crane and jib crane yang berjajar menjulang
tinggi melebihi tiang kapal Amerika yang berlabuh, disebelah kanan, tepatnya di
tempat Tambatan 2, Kun melihat gantry crane menjulan, mereka melihat tentara
asing melewati Klub EM, Pantai Mabori berpapasan dengan truk usang yang penuh
muatan material, Kun menyadari hampir tak melihat mobil lain, umumnya mobil
mengangkut kuda dna sapi dan saat melewati deretan rumah tua di pinggir pantai
yang tenang di Hashirimizu dan memutari Tanjung Kannonzaki, mobil pengangkut
kuda dan sapi jarang terlihat, Kun melihat kapal laut termasuk kapal pukat
membentangkan layarnya, ada kapal pengangkut nomor 9 yang meninggalkan Teluk
Tokyo dari Teluk Kuri ia melihat siluet pesawat pengangkut Hosho yang membawa
orang kembali menuju Urag. Dari pantai Miura mereka memutari semenanjung ke
pantai barat, matahari senja membuat laut berkilauan, motor terus melaju
menyusuri jalanan kampung yang tak rata
Kun
melihat bunyi mesinnya mirip dengan bunyi mesin tujuh silinder dua baris yang
dilihat di pabrik
Pemuda
yang ditemui Kun itu adalah kakek buyut yang meninggal tahun lalu, semasa
perang kakek buyut membuat mesin pesawat tempur, setelah itu menjalani wajib
militer dan bergabung dengan pasukan penyerang khusus kamikaze, kakek buyut
beruntung karena bisa bertahan hidup sesudah perang mendirikan perusahaan
pengembang motor
Mirai
sudah belajar merangkak sebelum ia berumur 8 bulan, jauh lebih cepat
dibandingkan Kun dulu, sekarang sudah bisa bergerak kesana kemari, itu artinya
harus terus diawasi
Kun
berdiri di peron stasiun yang kosong, Kun melihat sekeliling selain jalur
kereta tunggal yang ia lohat hanya pohon ek besar berdaun lebat dan persawahan
hijau yang terhampar sampai jauh,ia melihat bayangan rumah penduduk di kejauhan
sana, Kun seperti berada di stasiun tak berpenghuni yang ada di ujung dunia dan
mempertanyakan kereta benar datang ke tempat itu, burung walet yang ia lihat
tadi terbang ke langit senja yang mulai berwarna kuning
Kun
sudah berada di Stasiun Tokyo tapi saat
ini stasiunnya berbeda, ukurannya lebih besar, tradisional tapi kelihatannya
seperti telah direnovasi dengan sentuhan keindahan fungsi industrial dan ramah
pengguna, Kun merasa seperti sedang berada di bandara di luar negeri, ada
kereta yang melaju cepat bukan tipe E4 atau E1, bentuknya futuristik dengan
hidung panjang seperti mobil F1
Kun
mencari ayah dan ibunya tapi tidak dia temukan orangtuanya, tiba – tiba dia
melihat gambar payung, tas, dan tanda tanya di salah satu sudut papan
pengumuman elektrik. Kubah utara dipenuhi orang yang bergegas pulang. Kun
berdiri di depan papan Lost and Found (tempat penitipan barang hilang) tapi
yang mengantre semuanya anak – anak. Kun anehnya tidak bisa mengingat nama ayah
dan ibunya juga nama keluarga yang lain, dan untuk anak yang hilang akan dibawa
ke negeri kesepian, sebuah papan besar bertuliskan tempat naik Shinkansen dalam
berbagai bahasa terlihat tepat di belakang Kun dan di papan pengumuman elektrik
tertulis Destinasi Tidak Diketahui, di bawah sangat gelap, lampu gas menyala
temaram seolah tempat itu terjebak di masa lampau, ruang yang luas itu berisi
sekian banyak jalur, jalur layang dan peron jumlahnya sekitar belasan atau
[uluhan, masih tak ada tanda keberadaan orang lain, hanya ada kereta tipe 0,
tipe 151, dan tipe 101 yang berkarat dan seolah berhantu teronggok di jalur
kereta, tempat itu kuburan untuk kereta kuno yang sudah tak lagi beroperasi,
Kun melihat bayangan orang berdiri dalam cahaya di peron tengah, tempat ini
belum benar – benar ditinggalkan, tapi orang itu Kun yang sedang melamun, ada
cahaya yang pelan membesar berkedap kedip di ujung kegelapan, kereta Shinkansen
mendekat, cahaya dari bagian kepala kereta menyeramkan berasal dari 2 mata
kereta yang miring ke atas seperti pisau dan dari celah mulutnya terlihat
deretan gigi yang bertumpuk, badan kereta bukan dicat hita tapi ditutupi dengan
sesuatu yang bukan bulu atau sisik, tapi bagian dari makhluk hidup, jendela di
masing gerbong memancarkan cahaya merah dan perlahan kereta menurunkan
kecepatan sebelum akhirnya berhenti, cahaya merah yang terpancar dari pintu
kereta mulai berkedip dan suara mirip robot berkali – kali mengulangi
pengumuman yang sama silahkan naik tapi dia ditarik paksa oleh kereta itu,
kursi baris kedua dan ketiga yang menghadap ke belakang berputar sendiri
menghadap ke arah Kun, tengkorak diikat di tiap kursi, ia berhasil merangkak
keluar dan kedipan cahaya merah berhenti dan kekuatan yang menariknya, lenyap,
dia melihat Mirai bayi berada di depan Shinkansen hitam di peron gerbong satu
tapi Kun berhasil menyelamatkan adiknya karena ibunya juga menyuruhnya untuk
menjaga adiknya, Mirai disuruh ke Distrik Isosio, karena Kun sudah menunggu di
peron Shinkansen bawah tanah dan dia bertemu dengan Mirai dari masa depan
Ada
permukaan tanah di langit, Kun bisa melihat padang rumput yang diterangi cahaya
bulan, mereka jatuh, meluncur turun ke arah satu pohon yang ada di padang
rumput, mereka terjatuh tepat diatas pohon ex, melewati terowongan dedaunan
pohon ek yang ringan dan menimbulkan suara gemerisik, tiba – tiba semua yang
ada di depan mata menjadi putih dan mereka berada di dalam bola besar, tempat
itu merupakan ruang surealis yang dikelilingi pohon indeks melingkar, terdapat
cabang pada lingkaran yang kemudian terbagi lagi menjadi cabang lain dan begitu
seterusnya, ada banyak sampai bisa membuat pingsan, di tiap ujung terdapat
selembar daun yang seolah menjadi penanda, dan salah satu sisi daun diberi
label, pada label terukir tanda seperti alamtat, seperti indeks, Kun dan Mirai
dari masa depan meluncur ke arah satu dari sekian banyak daun dan pemandangan
di depan mata berubah menjadi putih, mereka turun mengikuti burung walet di
bawah awan terlihat area sawah dan peternakan di terpa sinar matahari sore, Kun
dan Mirai dari masa depan turun dari langit dan mendekati bangunan sekolah
terbuat dari kayu di sebuah desa, di sebuah lapangan besar terlihat seorang
anak laki sendirian, ia duduk di sepeda kecilnya yang menciptakan bayangan
panjang akibat terpaan sinar matahari
Sepeda
ayah terjatuh tepat bersamaan dengan seruan kaget Kun, anak laki mengempaskan
tubuhnya di tanah, tarikan napas membuat dada kurus naik turun, wajah di balik
kacamata menahan pedih dan air mata mengembang di matanya
Ayah
waktu kecil tubuhnya kemah dan masih belum naik sepeda meski sudah masuk
sekolah dasar, dia berlatih sambil menangis, mereka tengah meluncur di ruang
indeks dengan daun berlabel dengan kecepatan tinggi, dan jatuh ke daun yang
lain. Mirai dan Kun mengikuti burung walet yang terbang melingkat di atas awan
dan terbang turun menuju aliran sungai di dalam gunung, mereka melihat tempat
seperti lapangan olahraga yang hijau di tengah area hutan. Di salah satu sisi
pagar, terlihat anak laki dengan rambut sebahu berkilauan dan seorang perempuan
dewasa sedang menatap langit, anak laki itu memakai rompi bermotif belah
ketupat, celana pendek, syal merah yang melilit di leher, ia terlihat seperti
seorang pangeran kecil dari negara lain, perempuan itu memeluk pundak anak laki
itu dengan penuh kasih sayang dan ekspresi sedih, tapi anak laki itu menatap ke
atas dengan santai, anak itu Yukko, seekor anak burung berada di telapak tangan
gadis itu, anak burung itu diam tak bergerak dan bercak darah terlihat menetes
ke tanah, gadis itu menengadah ke langit dengan mata sembab akibat menagis, Kun
teringat soal sarang burung walet yang ada di teras depan rumah gadis itu ,
anak burung itu dilukai oleh kucing liar, padahal ibu menyukai kucing tapi
sejka itu dia jadi sulit menerima kucing
Mereka
sudah terjatuh ke salah satu diantara ribuan daun, Kun dan Mirai melihat asap
dari senjata anti pesawat udara mengapung diatas langit Yokosuka, getaran itu
berasal dari selongsong yang meledak, saat itu pukul 3.30 18 Agustus 1945, dan
mereka berada di Pelabuhan Militer Yokosuka, cuaca berawan, beberapa lajur air
menjulur mengarah ke kapal perang Nagato, pemudan yang waktu itu ditemui Kun
terlihat mengapung di dekat kapal, di suia 18 tahun pemuda dipaksa bekerja di
perusahaan pembuat mesin pesawat yang terletak di tanah reklamasi Isogo, ia
diberitahu kalau perusahaan memiliki proyek utuk mengembangkan mesin model baru
dan membantu proyek, setelah melewati berbagai tes akhirnya diputuskan bahwa
mesin itu tidak dapat digunakan dan riset terpaksa dihentikan, pemuda itu ikut
bekerja dalam pembuatan mesin Sakae 21 dan 31 dihasilkan oleh Perusahaan
Pesawat Udara Nakajima, seiring dengan semakin mendesaknya situasi perang, para
pekerja yang lebih tua dimobilisasi, termasuk diantaranya para mekanik andal,
anak muda kurang pengalaman dipanggil untuk mengisi kekosongan, pemuda itu
akhirnya menjadi kepala perakitan di usia 20 tahun, situasi memburuk dan pada
tahun 1945, ketika tak ada lagi mesin yang bisa dirakit, pemuda itu disertakan
dalam mobilisasi untuk menjadi prajurit, ia menjadi mekanik di unit perairan,
tugas para prajurti di unit perairan adalah memuat bahan bom ke kapal kayu
kecil yang sudah diperbaiki dan melakukan serangan bunuh diri, unit ini salah
satu unit serangan khusus yang banyak dibentuk untuk mengantisipasi serbuan
negara lain ke daratan utama Jepang. Pemuda itu ditempatkan di Teluk Omura di
Nagasaki untuk pelatihan, kemudian kembali ke Arsenal Angkatan Laut Yokosuka
untuk menerima kapal penyerangan khusus
di bawah komando Unit Serangan Khusus ke XX pasukan menyerang ke XX, pada hari
kepulangannya pemuda itu menatap jembatan pada kapal Nagato yang kembali dari
laut dan sedang tertambat di tebing untuk menjadi panggung meriam anti pesawat
udara, permukaan kapal sudah dicat sebagai kamuflase, satuan Tugas 38 Angkatan
Laut Amerika menyerang Pelabuhan Militer Yokosuka dengan Nagato sebagai target
utama, pemuda itu mengapung di laut, di sekitarnya berserakan puing jembatan
yang ada di kapal Nagato beserta mayat prajurit yang terombang – ambing di
ombak, kapal tripleks yang ia terima habis terbakar tak berisa, darah mengucur
keluar dari tubuh terluka dan bercampur dengan air laut, tapi ia tak punya
waktu untuk mengeceknya
Kun
dan Mirai melihat kereta berjalan bersisian dengan sebuah sungai yang memiliki
palung lebar, rumah penduduk dengan atap kuno berjajar rapat di sekitar
stasiun, lebih jauh dari sana, sawah dan ladang membentang sejauh mata
memandang, sedikit menjauh jalan utama, melihat rumah yang terlihat lebih besar
dari yang lain. meski wilayah itu menjadi target pengeboman, tapi berhasil
terhindar dari kerusakan serius jika dibandingkan dengan kota lain, Agustus
1946, bayang perang sudah tidak ada lagi. Mirai dan Kun turun dari langit senja.
Kun ingat pagar batu, pohon pinus, dan ubi khusus buatan luar negeri yang ada
dirumah, pada papan tertulis klinik Ikeda, ada pemuda yang dia temui dulu dan
dia mengajak gadis di klinik Ikeda itu untuk berlari menuju pohon ek, pangkal
paha pemuda itu cedera akibat ledakan bom waktu
Akhirnya
dia sampai di titik cabang bertemu, melihat lingkaran raksasa