Mamat
Mamat tinggal di Garut dan merupakan anak dari seorang ayah yang bekerja di perkebunan. Ia memiliki banyak saudara dan di wanti wanti menjadi penerus penanggung jawab untuk menggantikan ayahnya kelak.
Namun, ia justru menemui tuan tanah (pemilik perkebunan) karna ia memiliki ambisi tidak ingin menjadi centeng seperti ayahnya. Pada waktu remaja, Mamat akhirnya ke Bandung dan meminta izin ke sang tuan.
Tapi, sebelum itu justru ia menemui banyak dukun untuk memakai jimat. Akhirnya Mamat menjadi pesuruh orang Pribumi dan memiliki anak buah.
Namun, nasibnya harus berubah ketika ia menyukai anak sang tuan rumah dan itu ia beritahu ke budaknya yang justru sebenarnya membencinya dan melaporkan ke tuan rumah.
Mamat yang seorang Inlander di pukuli, ditendang, disiksa oleh sang tuan, diludahi oleh sang putri tuan rumah, sampai akhirnya di usir. Inilah yang membuat ia tak suka dengan hantu Belanda.
Usai diusir, Mamat bekerja dengan orang Cina bernama Babah Lio (pengusaha genting yang memasok ke orang Belanda). Ia menjadi centeng disitu.
Mamat meninggalnya sangat konyol karena ia seharusnya memang tidak memakai jimatnya tapi karena dia keracunan makanan dan waktu itu disuruh bekerja oleh Babah Lio alhasil jimat digunakannya, namun ditengah pembicaraan bersama Babah Lio, Mamat merasa mulas hingga ia akhirnya ke kali untuk buang hajat dan waktu itulah air bah tiba2 datang dan itu menjadi akhir hidupnya
Ujang
Ujang dulunya merupakan mucikari perantara laki dan wanita. Penghasilan yang lumayan membuatnya melakukan itu. Ujang tidak mengenal orangtuanya dan ia diasuh oleh sang nenek tapi setelah neneknya meninggal. Ujang tinggal bersama beberapa saudara jauh sampai pernah tinggal di panti asuhan.
Ia selalu bergonta ganti pekerjaan dari pengamen, pengemis, tukang bangunan hingga menjadi mucikari.
Ujang banyak menjerumuskan wanita2 yang lemah dalam segi ekonomi sampai menjadi wanita nakal dan ada juga yang berakhir bunuh diri. Ia terbunuh karna salah target sasaran yang sebenarnya sang pembunuh mengincar temannya.
Ujang yang sebagai calo wanita2 desa itu menemui cinta pertamanya (Purwarsih) ia sebenarnya ingin mencarikan pekerjaan halal untuk sang wanita itu, tapi teman2nya meminta menjual Purwarsih dan Ujang menjerumuskan wanita itu. Wanita polos dan lugu itu menjadi wanita yang berbeda, menjadi kasar dan selalu menangis.
Hingga suatu hari, ia dihajar oleh seorang pria dan ia memutuskan gantung diri didalam kamar kostnya.